Senin, 30 Mei 2011

PERANAN FASI DALAM OPERASI KEMANUSIAAN DI TIM TIM

PERANAN FASI DALAM OPERASI KEMANUSIAAN DI TIM TIM

Lepas tengah malam tanggal 10 Agustus 1975 di Timor Timur pecah perang saudara yang mengakibatkan puluhan ribu penduduknya mengungsi ke wilayah Indonesia di sepanjang perbatasan Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pada puncaknya jumlah pengungsi Timor Timur mencapai 40.000 orang. Salah satu dampak pergolakan di Timor Timur terhadap NTT ialah meningkatnya permintaan hubungan udara dari Bandara Penfui (EI Tari), Kupang ke lapangan terbang Atambua yang masih berupa landasan rumput dan tanpa terminal. Penerbangan pada jalur itu dilakukan dengan pesawat Twin Otter, Merpati Nusantara Airlines (MNA) yang masih bersifat irregular flight. Kemudian Dirgantara Air Service (DAS) mengirimkan Britten Norman BN-2A Islander sebagai pesawat carter. Direktorat Bea & Cukai menambah sebuah pesawat Piper PA 30/310 Navajodan Piper PA30/200 Comanche untuk mendukung kebutuhan pemerintah.

Disebabkan meningkatnya kebutuhan angkutan udara akhirnya kepala penerbangan Bea & Cukai yang juga menjadi Ketua Aero Club Indonesia mengerahkan pesawat aeroclub untuk menunjang kebutuhan.

Mula-mula pesawat beregistrasi "S" (Sierra) sebagai pesawat sport atau FASI dioperasikan untuk jalur penerbangan Kupang - Atambua. Pesawat itu adalah sebuah Piper PA-28/180 Arrow PK-SWR dan Piper PA-32 Cherokee VI PK SRD. Kemudian juga diperkuat dengan pesawat bermesin ganda Piper PA-34 Seneca II PK-SBA. Dalam mendukung operasi kemanusiaan untuk penanganan pengungsi Timor Timur, pesawat-pesawat Aero Club Indonesia mengangkut personel-personel Palang Merah Indonesia (PMI), International Red Cross (IRC), pejabat-pejabat pemerintah, militer, mengangkut makanan dan obat-obatan. Selain itu juga mengantar Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Monsinyur Lorenzo Varano dari Kupang ke Atambua pulang pergi dengan pesawat Seneca II untuk menyaksikan keadaan pengungsi secara langsung.

Britten Norman BN-2A Islander

Cessna-206 STOL

Piper PA-28/180 Arrow

Piper PA30/200 Comanche

Piper PA-31 Navajo

Piper PA32 Cherokee VI

Piper PA-34 Seneca II

Ketika Dili sudah jatuh, kebutuhan hubungan udara antara Kupang - Dili sangat mendesak. Aero Club Indonesia membuat jembatan udara Kupang - Dili dengan tiga pesawat bermesin ganda sebagai tulang punggung yaitu dua Piper PA-34 Seneca II masing-masing PK-SBA dan PK-SRI serta sebuah Piper PA-31 Navajo PK-SPG, Piper PA-28/180 Arrow PK-SRW dan dua Piper PA32 Cherokee VI masing-masing PK-SAA dan PK-SRD, Cessna-206 STOL PK-SBR dan sebuah Piper PA-28/140 Cherokee PK-SWR. Pesawat-pesawat itu mengangkut personel, makanan dan obat-obatan ke landasan rumput yang pendek di kota-kota kabupaten (conselho) dan kota kecamatan (posto) di Timor Timur yaitu Maliana, Suai, Same, Viqueque, Los Palos dan di pulau Atauro. Pesawat Cessna-206 PK-SBR juga digunakan untuk menerbangkan Francisco Xavier dos Amaral, presiden Fretilin, dari Dili ke Denpasar. Di Dili Aero Club Indonesia digunakan mendidik para pejabat menjadi penerbang Private Pilot License (PPL) diantaranya Brigjen TNI Dading Kalbuadi, Pangkodahan Timor Timurdan Kolonel Inf. Sutarto,Danrem164/Wiradharma. Pesawat aeroclub yang dioperasikan di Timor Timur bukan tanpa korban. Pesawat Piper PA-140 PK-SRH yang diterbangkan oleh Drs. Roesdi dibantu Eddy seorang penerbang PPL menemui kecelakaan dalam ferry flight dari Kemayoran Jakarta menuju ke Komoro, Dili, lewat Surabaya, Denpasar dan Maumere, Flores. Sekitar sejam setelah tinggal landas dari Maumere, PK-SRH mengalami kerusakan mesin sehingga pesawat mendarat darurat di laut.

Meskipun Eddy berhasil keluar dari pesawat, ia tewas tenggelam di laut. Setelah Roesdi terapung-apung di laut selama 26 jam ia terdampar di pantai Oecusi, Timor Timur. Berkat pengabdiannya di Timor Timur beberapa orang penerbang Aero Club Indonesia mendapat anugerah kehormatan Satya Lencana Seroja. Pesawat-pesawat beregistrasi "S" atau FASI yang dioperasikan di Timor Timur sejak pertengahan tahun1975 sampai akhir tahun 1982, hampir mencapai jumlah 6.000 jam terbang. Melihat peranan pesawat FASI di Timor Timur, Brigjen TNI Dading Kalbuadi memberikan komentar, "Tidak terbayangkan bahwa pesawat-pesawat kecil itu dapat memberikan manfaat yang besar bagi Bangsa dan Negara."

Sumber :

http://www.fasi.or.id/content.asp?contentid=630