Senin, 22 Januari 2018

AV TM 300 Matador Rudal Jelajah Incaran TNI AD

AV TM 300 Matador Rudal Jelajah Incaran TNI AD

Saat perayaan Hari Ulang Tahun Korps Artileri Medan (Armed) ke-72 yang dirayakan di Pusdik Armed Komando Pendidikan dan Latihan TNI AD di Cimahi (4/12), tampak sebuah Mock Up model rudal yang kelihatan sangar bertuliskan Avibras Matador. 

Tampak sebuah Mock Up model rudal yang kelihatan sangar bertuliskan Avibras Matador, iantara etalase alutsista Armed yang ditampilkan pada Senin (4/12/2017).
 
Diantara etalase alutsista Armed yang ditampilkan pada Senin (4/12/2017), ada satu yang menarik perhatian, yakni terlihat sosok rudal jelajah AV-TM 300 dengan warna putih. Disebut menarik perhatian lantaran ukurannya yang terbilang paling bongsor diantara deretan amunisi ASTROS (Artillery Saturation Rocket System) MK6. 

Lain dari sosoknya yang paling besar, (AVibras-Tactical Missile) 300 meski dalam wujud dummy jelas membetot perhatian, apalagi tertera bendera Merah Putih di moncong rudal jelajah yang diberi label “Matador” ini. Sontak menjadi pertanyaan, apakah nantinya AV-TM 300 juga akan diakuisisi oleh TNI AD, jika benar tentu akan merubah doktrin peperangan Armed, lantaran AV-TM 300 digadang mampu menjangkau sasaran di balik cakrawala sejauh 300 km.
Harapan itu rupanya bukan pepesan kosong, Brigjen TNI Dwi Jati Utomo selaku Danpussenarmed menyebutkan bahwa di masa depan alutsista Armed akan dilengkapi dengan radar anti artileri, pesawat tanpa awak (UAV/Unmanned Aerial Vehicle), GPS, alat pengukur jarak otomatis (LRF/Laser Range Finder) dan sistem penemu sasaran untuk mempercepat pencarian koordinat kedudukan sasaran (INS/Inertial Navigation System).
Diharapkan dengan kemunculan teknologi di alutsista Armed dapat mewujudkan precision attack (serangan presisi), joint attack (serangan gabungan) and the missile’s role in suppressing enemy strike capabilities (peran rudal dalam menekan kemampuan serangan musuh). Dari kutipan Danpussenarmed di situs jabar.tribunnews.com menyiratkan bahwa kelak AV-TM 300 akan digunakan oleh baterai ASTROS TNI AD.
Sejauh ini TNI AD telah memiliki empat jenis roket untuk ASTROS II MK6, yakni roket SS-30, SS-40, SS-60, dan SS-80. 
Inilah salah satu rudal idaman yang diincar oleh Korps Armed TNI AD. Rudal AV-TM (Avibras-Tactical Missile) 300 Matador, rudal jelajah taktis buatan Brasil yang dapat diluncurkan dari platform peluncur roket MLRS ASTROS yang dibeli dari Brasil.
Rudal ini adalah versi hemat dari rudal sekelas Tomahawk yang harganya mencapai 500ribu Dollar Amerika. Sedangkan Avibras Matador hanya dibandrol antara 8.000-10.000 dollar amerika saja. Perbedaan paling mencolok adala soal jangkauan, jika Tomahawk bisa menjangkau sasaran sejauh 1.500KM, Avibras Matador hanya 300KM saja. Namun dengan harga yang kurang dari 10%-nya, itu sudah cukup untuk menggentarkan lawan bukan?
Avibras, Perusahaan senjata Brasil, mulai mendesain rudal jelajah Matador AV/TM-300 sejak tahun 1999 dan mulai tampil di depan publik pada 2001.
Serangkaian modifikasi terus dilakukan, termasuk perubahan desain yang kini menggunakan sayap model tarik (retractable wings) dan penggunaan material dari bahan komposit. Rudal jelajah ini menggunakan roket dengan bahan bakar padat untuk melayani penerbangan dengan kecepatan subsonic. Varian dasar mesin rudal menggunakan turbojet TJ1000 yang dikembangkan Avibras berdasarkan lisensi dari Polaris.
Resminya AV-TM 300 dirancang Avibras untuk sistem ASTROS 2020. Rudal ini dilengapi central computer yang dikombinasikan dengan ring laser gyroscope yang terkoneksi dengan active GPS navigation, hasilnya rudal ini dapat secara terus-menerus melakukan koreksi pada informasi kedudukan sasaran.
Rudal ini dipandu dengan sistem navigasi GPS yang dikoreksi laser untuk mencapai sasaran. Avibras mengklaim bahwa rudal ini memiliki margin ketepatan 30 meter, atau maksimal meleset 30 meter dari koordinat awal yang telah ditentukan.
Berat hulu ledak yang dibawa 200KG dengan tipe HE (High Explosive) seberat 200kg. Mekanisme peluncuran juga tidak ribet, satu kendaraan truk AV-LMU ASTROS bisa menggotong dua AV/MT-300 tanpa persiapan yang ribet. Rudal AV/TM-300 dapat digunakan untuk menghantam perkubuan lawan yang memiliki perkuatan, atau menghancurkan infrastruktur seperti jalan, landas pacu bandara, atau jembatan untuk menghambat akses lawan.

AV/TM-300 yang dikembangkan oleh Avibras
Avibras sendiri terakhir mengembangkan AV/TM-300 dengan mesin motor roket baru yang disertifikasi pada tahun 2016 dan seharusnya tahun ini memasuki jajaran dinas aktif. Motor roket turbojet yang terpasang pada AV/TM-300 mampu melesatkan rudal ini sampai kecepatan Mach 0,85.
Masalahnya, sampai sekarang rudal ini belum siap diproduksi. Militer Brazil yang meneken kontrak pembelian sejak 2012 dengan nilai 100 juta dollar AS juga belum menerima rudal ini, meskipun sempat dijadwalkan akan terima pada Juni 2016.

Selasa, 09 Januari 2018

Penyerahan 1 Pesawat MPA dan 5 Buah Helikopter Dari PT DI ke Pihak TNI

 Penyerahan 1 Pesawat MPA dan 5 Buah Helikopter Dari PT DI ke Pihak TNI

Tentara Nasional Indonesia menerima enam unit pesawat baru dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang diserahkan oleh Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro 

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menyerahkan sebanyak enam unit pesanan Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Penyerahan enam pesawat tersebut dilakukan di Selasa (9/1/2018) di Hanggar Fixed Wing PTDI Jl  Pajajaran, Kota Bandung.
Enam pesawat yang diserahterimakan tersebut selanjutnya akan digunakan oleh TNI AD dan AL.  Enam pesawat yang diserahterimakan tersebut yaitu tiga unit Heli Serang TNI AD, satu unit Pesawat Udara CN 235 MPA TNI AL, dan dua unit Heli AKS TNI AL.
Penyerahan pesawat tersebut dilakukan Dirut PT DI, Elfien Goentoro kepada KepalanBadan  Sarana Pertahanan (Kabaranahan), Kemenhan, Laksamana Muda TNI Agus Setiaji.

 Penyerahan pesawat dari PT DI ke TNI (Foto: Ist)

Penyerahan pesawat produksi anak bangsa tersebut juga disaksikan Menhan, Ryamizard Ryacudu, Panglima TNI, Marsekal TNI hadi Tjahjanto, KSAD Jenderal TNI Moelyono, KSAL Laksamana Ade TNI Ade Supandi, dan jajaran Komisaris dan Direksi PTDI.
Setelah diserahterimakan, pesawat tersebut kemudian secara dimbolis diterima jajaran TNI AD dan TNI AL. Untuk TNI AD pesawat yang diserahkan sebanyak tiga unit yaitu Helikopter Serang  ASS555AP Fennec, sedangkan TNI AL sebanyak dua unit  Helikopter  AS565 MBe Panther Anti Kapal Selam dan satu unit Pesawat CN235-220 Maritime Patrol Aircraf.

 Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu (tengah) bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto (kanan) dan Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Elfien Goentoro (kiri) melakukan prosesi penyiraman helikopter ASS555AP Fennec saat acara serah terima Alutsista di Hanggar Fixed Wing PTDI di Bandung, Jawa Barat, Selasa (9/1/2018). (ANTARA /Raisan Al Farisi)

Menurut Elfien, pesawat CN235-220 MPA dapat digunakan untuk berbagai misi. Antara lain patroli perbatasan dan Zona Ekonomi Eksklusif, pengawasan pencurian ikan dan pencemaran laut, pengawasan imigrasi dan perdagangan manusia, penyelundupan narkoba dan barang ilegal, serta pencarian dan penyelamatan korban bencana.
Pesawat ini, kata dia, memiliki beberapa keungulan yakni maximum take  off weight (MTOW/ 16.000 kg), bisa lepas landas jarak pendek dengan kondisi landasan yang belum beraspal dan berumput, mampu terbang selama 10 hingga 11 jam dengan sistem avionik full glass cickoit yang lebih modern, autopilot, memiliki winglet dibujjng sayap agar lebih stabil dan irit bahan bakar.


CN235-200 MPA untuk TNI AL.
 Foto: Dony Indra Ramadhan

Keunggulan lainnya, kata Elfien, CN235-200 ini mengakomodasi dua console, dilengkapi dengan 360 derajat search radar yang dapat mendeteksi target yang kecil sampai 200 NM (nautical mile) dan automatic indentifivation system (AIS), sistem pelacakan otomatis untuk mengidentifikasi dan menemukan kapal lain untuk memperoleh gambaran perintah operasi lawan dan mengetahui posisi objek yang mencurigakan.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto (kiri) mencoba sistem navigasi pesawat CN235 saat acara serah terima Alutsista di Hanggar Fixed Wing PTDI di Bandung, Jawa Barat, Selasa (9/1). (ANTARA FOTO/Raisan)

Sedangkan Heli AKS jenis Panther tipe AS565 MBe merupakan yang pertama di Indonesia. Sekalipun heli ini merupakan hasil kolaborasi antara PTDI dengan Airbus Helicooters, Prancis, namun untuk fase integrasi AKS mulai dari desain hingga pemasangan merupakan karya PTDI. Heli ini pun, kata dia, mampu mendeteksi keberadan kapal selam yang dilengkapi dipping sonar  L-3 Ocean System DS-100 Helicooter Long-Range Active Sonar.


 Helikmopter AKS AS565 MBe.
 Foto: Dony Indra Ramadhan


"PT DI akan melakukan pemasangan torpedo dan sonar varian terbaru yabg disesuaikan dengan kebutuhan TNI AL," ujar dia.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dalam sambutannya mengatakan bahwa masuknya helikopter AKS, pesawat udara CN235 MPA dan helikopter serang dalam jajaran TNI sesuai dengan rencana strategi (renstra) dan Minimum Essential Force (MEF) TNI.
"Proses pengadaan dilakukan dengan prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparans," catat  Menhan dalam keterangan tertulisnya.
Selain itu, ia mengemukakan, bertujuan mewujudkan kemandirian industri pertahanan Republik Indonesia yang mampu memperkuat keterpaduan operasional antara sistem senjata antarmatra.
Sementara itu, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan pesawat yang diterima TNI saat ini merupakan bentuk keseriusan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan Alutsista TNI pada Renstra kedua 2014--2019.
Ada beberapa pesawat yang sudah masuk dalam pemesanan Kemenhan RI kepada PT DI, diantaranya adalah sembilan pesawat Cassa NC-212i, tujuh hingga sembilan unit helikopter Caracal, enam helikopter serang dan empat pesawat AKS, ujarnya.

Sumber: republika.co.id

Minggu, 07 Januari 2018

Kedatangan AH 64 E Apache Guardaian TNI AD

 Kedatangan AH 64 E Apache Guardaian TNI AD

 Salah satu pilot yang akan mengawaki helikopter serang AH 64 E Guardian TNI AD

Acara di Amerika Serikat daslam rangka persiapan pengiriman helikopter serang AH 64 E Guardian ke Indonesia

Helikopter AH-64 Apache milik TNI AD sudah tiba dari AS pada Selasa (19/12) kemarin dengan diangkut menggunakan pesawat Angkatan Udara AS.
"Hari ini tiba di Semarang. Infonya ada 3 Unit," kata Kapuskom Publik Kemhan, Brigjen Totok Sugiharto. Brigjen Totok menyatakan helikopter tersebut merupakan pemesanan sebelumnya sejumlah 8 unit. 

 AH 64 E Guardian saat masih di dalam pesawat
C-17 Globe Master sesaat sebelum diturunkan



Proses penurunan helikopter serang AH 64 E Guardian


Proses penurunan helikopter serang AH 64 E Guardian selanjutnya

Dari sumber lain menyebutkan bahwa "Tiga unit pertama dikirim dengan pesawat C-17 Globe Master tiba di Pangkalan Udara Utama TNI AD (Lanumad) Ahmad Yani tanggal 18 Desember 2017," ujar Wakil Komandan Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Puspenerbad) Brigjen Eko. Eko juga menuturkan, tiga heli tersebut termasuk dalam program pembelian delapan unit melalui program Foreign Military Sales (FMS) untuk menjamin kesiapan alutsista secara maksimal. Pengiriman helikopter dilaksanakan dalam dua gelombang. Pengiriman tiga unit pertama dikirim dengan pesawat C-17 Globe Master. Kemudian, lima unit berikutnya dikirim dengan kapal laut dan diperkirakan tiba di Semarang pada Maret 2018.
Menurut Totok, helikopter itu akan digunakan Penerbangan TNI AD (Penerbad). Saat ini helikopter itu juga akan ditempatkan di Penerbad Ahmad Yani, Semarang.
"Heli nanti akan ditempatkan Penerbad Semarang," tutur dia.
Selanjutnya, helikopter yang sudah tiba di Semarang akan disiapkan untuk mendukung kesiapan operasional TNI AD. 





Komandan Puspenerbad Mayjend TNI Besar Harto Karyawan meninjau helikopter serang AH 64 E Guardian di Skuadron 11/Serbu di Lanud A Yani Semarang

"Pada fase awal, helikopter akan diuji kelaikudaraannya, setelah dinyatakan lulus kemudian akan dipakai untuk pelatihan penerbang dan semua awak pesawat," ucap Eko.
Pengumuman pembelian delapan helikopter Apache dilakukan pada tahun 2012 oleh Menteri Luar Negeri AS saat itu, Hillary Clinton, setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Washington pada 20 September 2012. Kontrak pengadaan mencapai 295,8 juta dollar AS. . Wamenhan saat itu Sjafrie Sjamsuddin mengatakan nantinya heli Apache itu juga sudah bisa digunakan untuk latihan perang operasi Garuda TNI AD.