M113 TNI AD Dan Prospek Pengembangannya Ke Depan
Saat kedatangan M 113 milik TNI AD dari Belgia
Hadirnya M113 A1 dalam varian APC, yang kemudian diikuti varian reparasi M113A1-B-Rec memang mengejutkan pada jelang HUT TNI ke-69 di tahun 2014. Betapa tidak, sebagian besar publik di Indonesia memang tak menyangka M113 A1 bakal diakuisisi, bukan karena statusnya yang bekas pakai, tapi M113 A1 sendiri yang sudah tergolong ranpur tua. Meski begitu, masih banyak negara yang hingga detik ini masih mengoperasikan keluarga M113. Infanteri Mekanis TNI AD seolah ingin menebus ‘ketertinggalan’ dalam kepemilikan M113.
Sebagai pengguna M113, kini Indonesia menjadi anggota klub M113 yang berisikan ratusan negara pemilik M113. Terkhusus di lingkup Asia Tenggara, posisi sebagai pengguna M113 menjadi yang paling junior, pasalnya M113 sudah puluhan tahun dipakai oleh Filipina, Vietnam, Thailand dan Singapura. Bahkan Singapura telah secara resmi memensiunkan M113 dan menggantikannya dengan Next Generation AFV. Sementara di Filipina, M113 masih beroperasi penuh dalam pergeraka operasi militer, seperti di kawasan Marawi.
Pada masa awal-awal Filipina dan Thailand mengoperasikan M113 di dekade 70-an, ternyata TNI memang sudah kepincut dengan M113. Dikutip dari situs YonKav7.mil.id (15/4/2017), disebutkan bahwa pada masa Jenderal M. Panggabean menjabat sebagai Panglima ABRI, Ia menyatakan tertarik untuk mempetimbangkan pengadaan M113. Namun lantaran harganya kala itu dinilai tidak terjangkau, maka keinginan Jenderal M. Panggabean tidak diteruskan lebih lanjut. Kisah ketertarikan TNI AD pada M113 di tahun 70-an, bersamaan dengan proses pengadaan 58 unit panser V-150 buatan Cadillac Gage, yang kini menjadi arsenal khas YonKav 7 Pragosa Satya (d/h YonKav 7 Sersus – Panser Khusus).
Dengan bobotnya yang ringan, punya mobilitas tinggi, dan mudah di upgrade, menjadikan M113 sangat populer. Hingga tahun 2001, 85.000 unit M113 telah dirpoduksi dalam berbagi varian. M113 tercatat digunakan di 51 negara, beberapa diproduksi secara lisensi oleh Belgia dan Italia.
TNI memesan sekitar 150 ranpur yang sudah terkenal sejak perang Vietnam itu. M113 sudah teruji ketangguhannya. Selain pengangkut personel, kendaraan itu bisa membuka belukar di hutan untuk dijadikan jalan. Karena ketangguhannya itu, ranpur tersebut dijuluki green dragon, naga hijau. Kendaran itu juga lincah saat melintas di air. Selain itu, ringan saat digotong di udara.
M 113 dengan cammo khas TNI AD
Selain disiagakan di Markas Kostrad Cijantung, kendaraan itu juga disebarkan di beberapa lokasi. Salah satunya di Jawa Tengah. Menurut jendral asal Boyolali, Jawa Tengah itu, keberadaan M113 akan memperkuat alutsista TNI AD. Ranpur itu sangat dibutuhkan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Diperkirakan pengadaan M113 akan selesai pada 2019 nanti. Jadi, jumlahnya akan lengkap 150 kendaraan. Untuk M113 dari Belgia ini buatan tahun 1983-1986, jauh lebih muda di banding M113 buatan US yang di hibahkan ke Philipina. M 113 buatan Belgia ini lebih advance, suspensi sudah independen, NBC protection sudah ada. Karena NBC protection sudah ada secara otomatis AC (pengatur suhu) ya sudah include.
Kemampuan berenang di laut M 113
Untuk pengembangan M 113 yang TNI AD miliki di masa depannya, TNI AD mengakuisisi Arisgator hanya saja jumlahnya ternyata tidak banyak. TNI AD mungkin masih merasa perlu untuk mengevaluasi doktrin kebutuhan Batalyon Rawa Laut Sungai Pantai (Ralasuntai) yang rencananya akan dibentuk untuk pertahanan pulau terluar.
Sekedar mengingatkan, Arisgator adalah modifikasi ang ditawarkan oleh sebuah perusahaan Italia bernama ARIS (Applicazioni Rielaborazioni Impianti Speciali) Spa. dalam konsep Arisgator. Ide dasarnya adalah modifikasi dan pembenahan pada M113 pada sektor daya apung dan propulsi sehingga M113 dapat bersalin rupa menjadi kendaraan pendarat amfibi.
Untuk mewujudkan hal tersebut, ada sejumlah kit modifikasi yang disiapkan, yaitu moncong tambahan pada M113 berbentuk haluan kapal (atau malah moncong buaya) yang berisi gabus dan karet khusus yang ringan dan dapat meningkatkan daya apung, plus panel pembelah ombak yang dapat dibentangkan saat mengarung air.
Panel tambahan serupa yang ditempelkan di bagian belakang kendaraan yang sekaligus menjadi rumah bagi sistem waterjet. Kotak penambah daya apung serupa dapat dipergoki di sisi kiri-kanan Arisgator. Pada bagian atas, exhaust atau knalpot dipanjangkan dengan menggunakan snorkel pada sisi kanan atap. Grille untuk lubang masuk udara mesin juga diberi penutup yang lebih tinggi dari kendaraan agar tidak kemasukan air pada saat mengarungi permukaan sungai dan laut.
Untuk sistem propulsi di dalam air, dua buah propeller hidrostatik dipasang di bagian belakang bawah dengan ukuran yang besar, yang mampu mendorong kendaraan dengan kecepatan 5 knot di permukaan air. Sistem propeller ini dapat digerakkan secara independen untuk membuat Arisgator berbelok saat bermanuver di permukaan air.
Kemampuan amfibi yang prima tersebut membuat Arisgator dapat digunakan untuk melakukan operasi pendaratan amfibi, dilepaskan dari kapal LPD untuk kemudian berenang, mencapai permukaan, dan bertempur. Modifikasi Arisgator sendiri tidak mempengaruhi kemampuan manuvernya di darat jika dibandingkan dengan M113.
Untuk urusan persenjataan juga sama, Arisgator hanya menyediakan sistem kubah dan dudukan dengan dinding penahan cipratan ombak, plus dudukan untuk senapan mesin M2HB atau pelontar granat 40mm Mk19 Mod 0. Palka di sisi atas kendaraan juga masih dipertahankan untuk akses alternatif keluar masuk pasukan.
Secara keseluruhan, M113 yang bersalin rupa menjadi Arisgator boleh dibilang mirip dengan kendaraan pendarat amfibi LVTP-7, namun berukuran lebih mini. Sosoknya jelas bertambah panjang dibandingkan M113 yang berbentuk bak kotak sabun, dan kemampuan amfibinya jadi cocok untuk operasi pendaratan amfibi ataupun operasi di alur sungai dan muara.
Untuk ke depannya nanti jika saja TNI AD memiliki anggaran untuk mengupgrade M 113 yang dimiliki oleh TNI AD, semisal M113A1-B-Rec ditingkatkan armournya dengan up grade menggunakan Zelda ataupun Zelda 2 dengan adanya penambahan Explosive Reactive Armour (ERA).
Kedatangan M 113 Arisgator di Indonesia
Untuk mewujudkan hal tersebut, ada sejumlah kit modifikasi yang disiapkan, yaitu moncong tambahan pada M113 berbentuk haluan kapal (atau malah moncong buaya) yang berisi gabus dan karet khusus yang ringan dan dapat meningkatkan daya apung, plus panel pembelah ombak yang dapat dibentangkan saat mengarung air.
Panel tambahan serupa yang ditempelkan di bagian belakang kendaraan yang sekaligus menjadi rumah bagi sistem waterjet. Kotak penambah daya apung serupa dapat dipergoki di sisi kiri-kanan Arisgator. Pada bagian atas, exhaust atau knalpot dipanjangkan dengan menggunakan snorkel pada sisi kanan atap. Grille untuk lubang masuk udara mesin juga diberi penutup yang lebih tinggi dari kendaraan agar tidak kemasukan air pada saat mengarungi permukaan sungai dan laut.
Untuk sistem propulsi di dalam air, dua buah propeller hidrostatik dipasang di bagian belakang bawah dengan ukuran yang besar, yang mampu mendorong kendaraan dengan kecepatan 5 knot di permukaan air. Sistem propeller ini dapat digerakkan secara independen untuk membuat Arisgator berbelok saat bermanuver di permukaan air.
Kemampuan amfibi yang prima tersebut membuat Arisgator dapat digunakan untuk melakukan operasi pendaratan amfibi, dilepaskan dari kapal LPD untuk kemudian berenang, mencapai permukaan, dan bertempur. Modifikasi Arisgator sendiri tidak mempengaruhi kemampuan manuvernya di darat jika dibandingkan dengan M113.
M 113 Arisgator TNI AD
Untuk urusan persenjataan juga sama, Arisgator hanya menyediakan sistem kubah dan dudukan dengan dinding penahan cipratan ombak, plus dudukan untuk senapan mesin M2HB atau pelontar granat 40mm Mk19 Mod 0. Palka di sisi atas kendaraan juga masih dipertahankan untuk akses alternatif keluar masuk pasukan.
Secara keseluruhan, M113 yang bersalin rupa menjadi Arisgator boleh dibilang mirip dengan kendaraan pendarat amfibi LVTP-7, namun berukuran lebih mini. Sosoknya jelas bertambah panjang dibandingkan M113 yang berbentuk bak kotak sabun, dan kemampuan amfibinya jadi cocok untuk operasi pendaratan amfibi ataupun operasi di alur sungai dan muara.
Untuk ke depannya nanti jika saja TNI AD memiliki anggaran untuk mengupgrade M 113 yang dimiliki oleh TNI AD, semisal M113A1-B-Rec ditingkatkan armournya dengan up grade menggunakan Zelda ataupun Zelda 2 dengan adanya penambahan Explosive Reactive Armour (ERA).
Zelda
Zelda 2