Museum Pusat TNI AU "Dirgantara Mandala'
Disusun oleh : Agung Surono
Fotografer : Agung Surono
Jika kita berjalan di sekiar daerah jalan layang Janti begitu turun dari jalan layang Janti maka kita akan mendapatkan penunjuk arah menuju Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala yang berada di dalam Komplek Lanud Adi Sucipto di daerah Wonocatur Bantul. Letak museum ini berada di ujung Kabupaten bantul yang berbatasan langsung dengan wilayah Depok Yogyakarta. Dari pusat koa Yogyakarta museum ini berjarak kurang lebih 6 km di sebelah timur kota Yogyakarta.
Memasuki Komplek Lanud Adi Sucipto dari sebelah barat kita akan menemui pos penjagaan POMAU di sana kita bisa bilang tujuan kita kalau mau ke Museum Pusat TNI AU "Dirgantara Mandala" selanjutnya kita meninggalkan tanda pengenal di pos POMAU tersebut. Kalau rombongan cukup meninggalkan 1 buah tanda pengenal yang masih berlaku.
Dari pos POMAU di sebelah barat ini kita lurus ke timur sampai melewati Sekolah Menengah Kejuruan Kedirgantaraan dan Pura di sebelah kiri jalan nanti kita menemui tanda plang masuk ke arah museum an dari jauh nampak parkir yang luas dari Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.
Museum buka dari pukul 08.30 sd 15.00 dan untuk tiket masuk seharga Rp 3.500,- (cukup lumayan murah khan tiket masuk museumnya) di sana ada pemandu yang disediakan oleh pihak Museum. Untuk pemandu museum pusat TNI AU Dirgantara mandala ini biasanya mereka dari para anggota Pasukan Khas Angkatan Udara.
Sejarah berdirinya Museum Pusat TNI AU "Dirgantara Mandala"
Pada tanggal 4 April 1969 diresmikan berdirinya Museum Pusat Angkatan
Udara Republik Indonesia oleh Menteri Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara
Roesmin Nurjadin yang berlokasi di kawasan Markas Komando Wilayah Udara V
(Makowilu) Jalan Tanah Abang Bukit Jakarta Pusat. Sebelumnya, bertepatan dengan Hari Bakti TNI AU tanggal
29 Juli 1968 di Lembaga Pendidikan Akademi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (AKABRI) Bagian Udara Yogyakarta yang saat ini bernama Akademi
Angkatan Udara (AAU) telah diresmikan berdirinya Museum Pendidikan Karbol oleh
Men/Pangau Laksdya Udara Roesmin Nurjadin. Upaya-upaya untuk mengintegrasikan
kedua museum tersebut mulai dilakukan. Lokasi yang direncanakan adalah
Yogyakarta, dengan dasar pertimbangan penentuan lokasi museum berada di
Yogyakarta adalah sebagai berikut :
- Pada tahun 1945-1949 Yogyakarta memegang peranan penting sebagai tempat lahir dan pusat perjuangan TNI Angkatan Udara.
- Yogyakarta adalah tempat penggodokan Taruna-taruna Angkatan Udara(Karbol) sebagai calon perwira TNI AU.
- Perlu pemupukan semangat minat dirgantara, nilai-nilai 45 dan tradisi juang TNI AU yang mengacu pada semangat Maguwo.
Atas dasar pertimbangan tersebut, Kepala Staf TNI Angkatan Udara
mengeluarkan keputusan No. Kep/11/IV/1978 tanggal 17 April 1978 yang menetapkan
bahwa Museum Pusat AURI yang semula berkedudukan di Jakarta dipindahkan ke
Yogyakarta, diintegrasikan dengan Museum Pendidikan/Museum Karbol menjadi
Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala dengan memanfaatkan bekas gedung Link
Trainer yang berada di kawasan kesatrian AKABRI Bagian Udara. Operasi boyong
perpindahan benda-benda koleksi museum dari Museum Pusat AURI di Jakarta ke
Yogyakarta (AKABRI Bagian Udara) telah mulai sejak Nopember 1977. Penyempurnaan
selanjutnya setelah pengintegrasian adalah keluarnya Keputusan Kasau Nomor :
Skep/04/IV/1978 tanggal 17 April 1978, tentang pemberian nama Museum Pusat TNI
AU ”Dirgantara Mandala”. Hal ini
dilaksanakan bersamaan dengan peresmian Museum Sekbang Pertama 1945 yang
berlokasi di dekat Base Ops Lanud Adisutjipto.
Koleksi pesawat Mustang
Koleksi museum berupa radar
Sisa kursi pesawat dakota VT-CLA
Koleksi senjata
Koleksi-koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala terus
berkembang terutama alutsista udara berupa pesawat terbang, sehingga gedung
museum di Kesatrian AKABRI Bagian Udara
tidak dapat menampung. Pimpinan TNI AU memutuskan untuk memindahkan lagi,
selanjutnya museum dipindahkan menempati gedung bekas pabrik gula di Wonocatur
Lanud Adistujipto. Sebagai tanda dimulainya pembangunan/rehabilitasi gedung
tersebut, maka pada tanggal 17 Desember 1982 Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI
Ashadi Tjahjadi menandatangani sebuah prasasti. Hal ini diperkuat dengan Surat Perintah Kepala Staf TNI AU No.
Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984 tentang rehabilitasi gedung bekas pabrik
gula tersebut untuk dipersiapkan sebagai gedung permanen Museum Pusat TNI AU
Dirgantara Mandala, yang kemudian diresmikan pada tanggal 29 Juli 1984 oleh
Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Sukardi, dengan luas area museum seluruhnya +
8,2 Ha. Luas bangunan seluruhnya yang digunakan 8.765 M2. Tempat ini yang
hingga sekarang dipergunakan sebagai museum dan telah dilakukan beberapa kali
renovasi dalam rangka penyempurnaan sehingga menjadi tempat yang layak sebagai
sebuah museum.
Sesuai perkembangan organisasi yang tertuang dalam Pokok-pokok
Organisasi dan Prosedur TNI AU yang dijabarkan dalam Keputusan Kepala Staf TNI
AU Nomor : Kep/4/IV/2004 tanggal 1 Maret 2004 tentang Pokok-pokok Organisasi
dan Prosedur Dinas Perawatan Personel Angkatan Udara, maka organisasi museum
mengalami perubahan. Dengan berlakunya
keputusan kasau tersebut, maka Monumen Perjuangan TNI AU dan Museum Amerta
Dirgantara Mandala menjadi bagian dari Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.
Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala yang berlokasi di Pangkalan
Udara Adisutjipto, sejak tahun 2011 berada di bawah pembinaan Sub Dinas Sejarah
(Subdisjarah), Dinas Penerangan Angkatan Udara (Dispenau), sesuai Peraturan
Panglima TNI Nomor Perpang/21/III/2012 tanggal 30 Maret 2011 tentang Alih Kodal
Museum Pusat Dirgantara dari Diswatpersau ke Dispenau dan Instruksi Kepala Staf
Angkatan Udara Nomor Ins/2/IV/2012 tanggal 8 April 2012 tentang Pelaksanaan
Pengalihan Pembinaan Museum Pusat Dirgantara Mandala (Muspusdirla) dari Diswatpersau
ke Dispenau, serta Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor
Perkasau/21/IV/2012 tanggal 8 April 2012 tentang Pengalihan Pembinaan Museum
Pusat Dirgantara Mandala (Muspusdirla) dari Diswatpersau ke Dispenau, yang
kemudian ditindak lanjuti dengan Peraturan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor
Perkasau/167/XII/2012 tanggal 28 Desember 2012 tentang Pokok-pokok Organisasi
dan Prosedur Dispenau.
Koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
Saat kita memasuki halaman parkir museum kita disuguhi dengan adanya sebuah truk pengangkut rudal SA 75 ZIL dan mobil GAZ yang keduanya buatan USSR serta sebuah pesawat PBY 5 Catalina yang juga merupakan hibah dari Belanda setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda.
Truk ZIL
Mobil GAZ
PBY 5 Catalina
Di halaman depan museum yang sangat luas dan asri dengan ada beberapa buah pesawat milik TNI AU yang dipajang di sana seperti AS 332 Super Puma dari skuadron udara 6 lalu OV 10 Bronco yang lebih dikenal sebagai pesawat “Si Kampret” yang pernah memperkuat berbagai skuadron udara TNI AU mulai dari Skuadron 1, Skuadron 3, dan Skuadron 21 hingga akhirnya pensiun. Lalu ada pesawat yang sangat heboh saat pengadaannya karena melalui Operasi Alpha yang mendatangkan pesawat A 4 Sky Hawk dari negara Zionist Israel dan pesawat ini pernah memperkuat Skuadron Udara 11. Ada juga pesawat intai amphibi dari jenis Albatros yang dahulunya tergabung dalam Skadron 5 dan selain itu masih ada pesawat pembom raksasa Tu 16 Badger yang pernah memperkuat skuadron udara 42. Ada satu hanggar yang rencananya buat pesawat F 5 Tiger II dari skuadron udara 14.
Pesawat amphibi Albatros
Pintu masuk Museum Pusat TNI AU
Dirgantara Mandala
Museum ini dipimpin oleh Mayor
(Sus) Ayi Supriadi SS MSc. Di dalam museum ini terdiri dari 7 ruangan
utama yang meliputi ruang utama, ruang kronologi, ruang seragam TNI AU, ruang kotama dan ruang KASAU, ruang diorama, ruang minat dirgantara.
Di ruang utama nampak berjejer koleksi lambang TNI-AU beserta jajarannya, Patung para Pahlawan Nasional
dari TNI- AU yaitu Komodor Adi Sucipto, Komodor Abdulrachmansaleh, Komodor Halim Perdana Kusuma, Patung Iswahyudi, foto Kepala Staf TNI AU dan para tokoh penerima Bintang
Swa Bhuwana Paksa, serta tanda-tanda kehormatan militer.
Ruang utama
Lambang TNI AU dan patung Tokoh-tokoh TNI AU
Plakat yang terdapat di bawah patung para perintis TNI AU
Foto KASAU I
Ruang Kronologi, yang menggambarkan sejarah perjuangan dan perkembangan TNI-AU mulai dari Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945. Di ruang kronologi ini ada tanda pangkat yang pernah dipakai di lingkungan TNI AU sejak awal berdiri hingga kini. Di ruangan ini juga terdapat replika pesawat buatan putra bangsa untuk pertama kali yang dibuat oleh Bapak Wiweko Supomo yaitu pesawat bermesin tunggal RI-X.
Foto pesawat Tjureng dengan latar belakang gunung Merapi
Pesawat RI-X
Masih di ruang kronologi terdapat juga berbagai foto kronologi perjuangan TNI AU selama revolusi fisik, masa-masa penumpasan pemberontakan PRRI Permesta yang merupakan foto-foto kegiatan operasi militer dan ada pula foto-foto kegiatan non militer.
Helikopter Mil Mi 6 TNI AU dalam suatu operasi militer
Ruang Seragam TNI AU, di ruangan ini
terdapat berbagai macam baju-baju yang pernah dipakai para pelopor TNI AU di tahun 1945 dimasa
lalu. Selain itu juga berbagai seragam baik seragam dinas harian, seragam dinas
lapangan, maupun seragam dinas resmi. Masuk Ruang Kotama dan Ruang Kasau, memuat koleksi dan benda-benda yang berkaitan denagan Kotama di ajaran TNI-AU, diantaranya; Korpaskhasau, Kodikau, AAU, Seskoau, Koharmatau, Koopsau, Kohanudnas dan perkembangan Sekolah Penerbang TNI Angkatan Udara serta barang-barang dan benda yang pernah dipakai oleh Para Mantan Kasau. Di ruangan ini ada berbagai
persenjataan pribadi yang pernah digunakan di lingkungan TNI AU serta baju-baju
dinas resmi yang pernah dipakai para KASAU yang pernah memimpin di lingkungan
TNI AU.
Ada juga berbagai macam foto-foto kegiatan yang dilakukan di lingkungan TNI AU serta di tembok di Ruang Kotama dan Ruang Kasau ini ada terpajang nama-nama yang pernah tercatat sebagai pilot-pilot lulusan Sekolah Penerbangan yang diselenggarakan oleh TNI AU sejak awal berdirinya sekbang hingga sekarang ini.
Selanjutnya keluar dari Ruang Kotama dan Ruang Kasau kita memasuki ruang alutsista yang berisi berbagai macam koleksi pesawat-pesawat dan helikopter yang pernah digunakan oleh TNI AU sejak dari awal pembentukannya hingga kini. Untuk pesawat di era tahun 1945 hingga 1949 yang ada di sini adalah pesawat Mitsubishi A6M Zero Zen peninggalan Jepang yang masih menggunakan roundel Angkatan Udara Jepang. Kemudian terdapat juga pesawat Yokosuka K 5 Y 1 Churen, Mitsubishi Ki 51 Guntai, Mansyu Ki 79 B Nishikoren, Nakajima Ki 43 Oscar (Hayabusha). Selain itu juga ada berbagai macam pesawat yang pernah dipakai dalam operasi Trikora Dwikora seperti pesawat B 25, B 26 Invander, C 47 Dakota, AT 6 Harvard, Lavochin La 11, TS 8 Bies, De Haviland D 115 Vampire, L 29 Dolphine, Mig 15, Mig 17, Mig 19 dan Mig 21 serta helikopter Mil Mi 4, Sikorsky S 58, Hiller 360. Kemudian ada juga pesawat F 51 Mustang II yang banyak kita kira sebagai pesawat P 51 Mustang yang di jaman dahulu dikenal sebagai pesawat “Cocor Merah”. Dan masih di dalam ruang alutsisa ini ada replika pesawat VT-CLA yang ditembak pesawat Kitty Hawk Belanda an kemudian jatuh di daerah Ngoto. Meskipun hanya sebuah replika tapi paling tidak bisa memberikan gambaran kepada kita tentang pesawat VT-CLA ini yang menyebabkan gugurnya 3 pelopor AURI dimasa itu yaitu Adi Sucipto, Abdulrachman Saleh dan Adi Sumarmo. Dan masih ada juga pesawat Kepresidenan yang pernah dipakai oleh Bung Karno keliling wilayah seputar negara-negara semisal Thailand, Filipina, dan lain-lain.
Selanjutnya kita memasuki ruang Diorama dimana di dalam ruang ini kita banyak disuguhi foto-foto perjuangan para pendahulu TNI AU dan juga ada diorama tentang peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di lingkungan TNI AU di masa lalu.
Foto-foto yang terdapat di ruang diorama
Di ruang diorama ini pula terdapat ruang SKSD Palapa yang menggambarkan tentang peluncuran dan pengendalian satelit komunikasi Palapa yang ada di Stasiun bumi yang berada di Cibinong.
Dan setelah itu kita masuk ke ruang Minat Dirgantara yang dimulai dengan adanya Selanjutnya kita menuju ke ruangan yang mana di sana dipajang lambang-lambang semua skuadron udara yang ada di lingkungan TNI AU. Serta ada lukisan besar yang melukiskan semua pesawat yang pernah dipakai oleh TNI AU dan tidak hanya berhenti di sekedar lukisan tapi ada juga berbagai maket pesawat-pesawat yang digunakan oleh TNI AU. Maket-maket ini adalah hasil sumbangan para pembuat model pesawat seperti Mas Sinang dan Mas Aka serta ada juga karya Mas Alex Sidharta. Serta ada juga pesawat swayasa buatan anak-anak bangsa anggota Federasi Aerosport Indonesia atau FASI.
Di ruang ini juga terdapat mini theatre yang diresmikan pada tanggal 27 Januari 2011 oleh Kepala Staf Anagkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat S. IP. Adapun tujuan pembuatan mini theatre ini adalah untuk menampilkan tayangan sejarah secara lebih menghibur, mendidik, informatif, sehingga diharapkan dapat mendorong animo masyarakat mengunjungi museum. Diharapkan dengan adanya mini theatre ini yang merupakan salah satu fasilitas teknologi informasi dan multi media untuk memberikan informasi kepada para pengunjung melalui pemutaran film tentang berbagai hal terkait kedirgantaraan.
Senapan Getme
SMB Grease Gun
Ada juga berbagai macam foto-foto kegiatan yang dilakukan di lingkungan TNI AU serta di tembok di Ruang Kotama dan Ruang Kasau ini ada terpajang nama-nama yang pernah tercatat sebagai pilot-pilot lulusan Sekolah Penerbangan yang diselenggarakan oleh TNI AU sejak awal berdirinya sekbang hingga sekarang ini.
Selanjutnya keluar dari Ruang Kotama dan Ruang Kasau kita memasuki ruang alutsista yang berisi berbagai macam koleksi pesawat-pesawat dan helikopter yang pernah digunakan oleh TNI AU sejak dari awal pembentukannya hingga kini. Untuk pesawat di era tahun 1945 hingga 1949 yang ada di sini adalah pesawat Mitsubishi A6M Zero Zen peninggalan Jepang yang masih menggunakan roundel Angkatan Udara Jepang. Kemudian terdapat juga pesawat Yokosuka K 5 Y 1 Churen, Mitsubishi Ki 51 Guntai, Mansyu Ki 79 B Nishikoren, Nakajima Ki 43 Oscar (Hayabusha). Selain itu juga ada berbagai macam pesawat yang pernah dipakai dalam operasi Trikora Dwikora seperti pesawat B 25, B 26 Invander, C 47 Dakota, AT 6 Harvard, Lavochin La 11, TS 8 Bies, De Haviland D 115 Vampire, L 29 Dolphine, Mig 15, Mig 17, Mig 19 dan Mig 21 serta helikopter Mil Mi 4, Sikorsky S 58, Hiller 360. Kemudian ada juga pesawat F 51 Mustang II yang banyak kita kira sebagai pesawat P 51 Mustang yang di jaman dahulu dikenal sebagai pesawat “Cocor Merah”. Dan masih di dalam ruang alutsisa ini ada replika pesawat VT-CLA yang ditembak pesawat Kitty Hawk Belanda an kemudian jatuh di daerah Ngoto. Meskipun hanya sebuah replika tapi paling tidak bisa memberikan gambaran kepada kita tentang pesawat VT-CLA ini yang menyebabkan gugurnya 3 pelopor AURI dimasa itu yaitu Adi Sucipto, Abdulrachman Saleh dan Adi Sumarmo. Dan masih ada juga pesawat Kepresidenan yang pernah dipakai oleh Bung Karno keliling wilayah seputar negara-negara semisal Thailand, Filipina, dan lain-lain.
Pesawat Glider
Pesawat Mustang
Selanjutnya kita memasuki ruang Diorama dimana di dalam ruang ini kita banyak disuguhi foto-foto perjuangan para pendahulu TNI AU dan juga ada diorama tentang peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di lingkungan TNI AU di masa lalu.
Foto-foto yang terdapat di ruang diorama
Operasi penerjunan pertama di lingkungan TNI AU
dengan pesawat RI-002 yaitu operasi penerjunan ke Kalimantan
Foto para kadet udara
Dan ada hal menarik di dalam ruang diorama ini yaitu adanya tempat
simulasi pesawat P 51 Mustang. Paling tidak di tempat simulasi ini kita bisa
merasaan sendiri bagaimana menjadi pilot tempur TNI AU. Bisa merasakan sensasi
bagaimana mulai masuk ruang kokpit lalu menerbangkan pesawat dan memburu obyek
musuh yang meski tembak baik obyek di darat maupun obyek di udara.
Simulator pesawat P 51 Mustang
Di ruang diorama ini pula terdapat ruang SKSD Palapa yang menggambarkan tentang peluncuran dan pengendalian satelit komunikasi Palapa yang ada di Stasiun bumi yang berada di Cibinong.
Dan setelah itu kita masuk ke ruang Minat Dirgantara yang dimulai dengan adanya Selanjutnya kita menuju ke ruangan yang mana di sana dipajang lambang-lambang semua skuadron udara yang ada di lingkungan TNI AU. Serta ada lukisan besar yang melukiskan semua pesawat yang pernah dipakai oleh TNI AU dan tidak hanya berhenti di sekedar lukisan tapi ada juga berbagai maket pesawat-pesawat yang digunakan oleh TNI AU. Maket-maket ini adalah hasil sumbangan para pembuat model pesawat seperti Mas Sinang dan Mas Aka serta ada juga karya Mas Alex Sidharta. Serta ada juga pesawat swayasa buatan anak-anak bangsa anggota Federasi Aerosport Indonesia atau FASI.
Gambar lukisan pesawat-pesawat yang pernah mendukung
skuadron-skuadron udara di ingkungan TNI AU.
skuadron-skuadron udara di ingkungan TNI AU.
Foto-foto pesawat yang pernah memperkuat skuadron udara di lingkungan TNI AU
Pesawat Swayasa
Pesawat Swayasa Starlite PK-SLX
Demikian sekilas tentang salah satu museum yang ada di Komplek Lanud Adi Sucipto Yogyakarta yang
lumayan lengkap koleksinya. Selain itu buat pengunjung di Museum Pusat TNI AU ini juga disediakan kantin dan tempat menjual souvenir untuk kenang-kenangan bagi pengunjung yang mendatangi museum ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar