Kamis, 02 Oktober 2014

Sistem Pertahanan Udara Terintegrasi ForceSHIELD

 Sistem Pertahanan Udara Terintegrasi ForceSHIELD

Kementerian Pertahanan Indonesia telah menandatangani kontrak dengan Thales Inggris untuk pengiriman sistem pertahanan udara terintegrasi, ForceSHIELD buatan Thales. Kontrak senilai lebih dari £ 100 juta (US $ 164 juta) meliputi penyediaan lima baterai pertahanan udara ringan terdiri dari: rudal pertahanan udara jarak pendek STARStreak, serta radar CONTROLMaster 200 & sistem koordinasi senjata.
Beberapa unit dari STARStreak akan bersifat portable, sementara yang lain akan menggunakan sistem senjata bergerak (mobile) RAPIDRanger serta modul Lightweight Multiple Launchers (LML).
“Persenjataan ini sebagai solusi bagi Angkatan Darat Indonesia yang menandai hadirnya pendekatan baru dalam pertahanan udara canggih dari generasi terbaru ‘teknologi sensor efek’,” ujar Victor Chavez , CEO dari Thales Inggris.
Sistem pertahanan udara terintegrasi ForceSHIELD, mengubah (customising) dan menggabungkan berbagai alutsista yang ada seperti: radar, komunikasi, penyergapan, sistem pengendalian tembakan, peluncur dan serta rudal (VSHORAD) Very Short Range Air Defense. Dengan pendekatan baru yang fleksibel ini Thales dapat memberikan solusi untuk menghadapi meningkatnya cakupan ancaman udara yang bersifat asimetris, maupun ancaman udara yang bersifat konvensional.

 ControlMaster200

ControlMaster200 merupakan sensor utama untuk sistem pertahanan udara ‘ForceShield’. ControlMaster200 adalah radar multi misi taktis 3D jarak menengah yang berbentuk compact/mobile. Radar ini membutuhkan waktu 10 menit untuk aktif dan dapat diangkut melalui jalan darat, kereta api, pesawat taktis atau helikopter.
Control Master 200 terdiri dari radar solid-state generasi terbaru, yang mampu mendeteksi dan melacak 200 target secara simultan, hingga ketinggian 25000 meter (82,000 ft), untuk rentang jarak 250 km. Engagement Control System dari alat ini, mampu mengevaluasi ancaman, menyiapkan senjata dan mengkoordinasikan aktivitas tempur -memungkinkan keputusan yang kompleks dan kritis dibuat dalam waktu yang lebih cepat dengan keamanan dan tingkat presisi yang tinggi.
The RAPIDRanger adalah kendaraan ringan peluncur rudal yang unik, sekaligus pengendalian sistem penembakan yang dapat diintegrasikan ke dalam struktur jaringan, sehingga memungkinkan dikoordinasikan dengan berbagai sistem komando dan control sistem lainnya.

 
 rudal STARStreak

Dilengkapi dengan rudal STARStreak kecepatan tinggi, RAPIDRanger memiliki kemampuan untuk menetralisir berbagai ancaman udara, termasuk serangan pesawat ground attack, Serangan Helicopters, Unmanned Aerial Vehicles (UAV) serta rudal jelajah.
Rudal STARStreak beroperasi pada kecepatan lebih dari 3 mach untuk mengalahkan ancaman yang bergerak cepat dan dalam waktu singkat. Tiga rudal STARStreak yang terpasang dalam satu modul, memaksimalkan konfigurasi penyergapan sasaran yang datang. Dengan adanya sorotan laser akurasi tingkat tinggi, memungkinkan Rudal STARStreak mencegat target yang memiliki radiasi/emisi rendah dan kebal terhadap semua tindakan pencegahan/ countermeasures.
Untuk melaksanakan program tersebut, Thales berencana meningkatkan kerjasama industri dengan Indonesia dan telah menandatangani perjanjian dengan perusahaan Indonesia PT LEN. Thales juga mengatakan pihaknya berencana menambah kemitraan dengan industri Indonesia lainnya, pada program masa depan baik di militer maupun sektor sipil.

Skyshield 35 MK-2 TNI AU

 Skyshield 35 MK-2


Oerlikon Skyshield 35 MK-2 datang ke Indonesia
 
Oerlikon Skyshield 35 MK-2 disimpan setelah datang

Suatu kebanggaan bagi TNI Angkatan Udara dan TNI sebagai pengguna pertama senjata pertahanan udara Skyshield 35 mm MK-2 selain negara pembuatnya Swizeland. Senjata ini dibuat tahun 2014 oleh pabrikan senjata Swiss Oerlikon Contraves Rheinmetall.

Skyshield 35 MK-2 (Skyshield Gun Missile) untuk memenuhi kebutuhan Paskhasau melengkapi satuan jajaran sebagai senjata pertahanan udara yang akan dioperasikan oleh Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) Paskhas.
Oerlikon Skyshield TNI AU mengkombinasikan auto twin canon 35 mm. Sistem penangkis serangan udara Skyshield bisa dihubungkan dengan sistem pertahanan udara lainnya, membuat jangkauan radar lebih luas dan efektif, sekaligus mengembangkannya pertahanan titik menjadi pertahanan wilayah /area. Oerlikon Skyshield TNI AU dikombinasikan dengan rudal anti seragan udara jarak pendek (kemungkinan 2 x 4 peluncur), untuk merontokkan pesawat maupun rudal yang datang.
Skyshield Gun Missile merupakan sistem pertahanan udara titik (Short Range Air Defence/ SHORAD) mempunyai jangkauan peluru sejauh 4000m dengan kecepatan 1000 peluru/menit, dan jarak kecepatan amunisi rata-rata 1050 meter/detik, sedangkan maksimal magazen sebanyak 252 butir.

Amunisi AHEAD (Advanced Hit Efficiency and Destruction) 35 mm
yang akan menyembur dan membentuk semacam perisai (metal spin-stabilised projectiles)
Kunci dari kehebatan Oerlikon Skyshield ada di amunisi AHEAD (Advanced Hit Efficiency and Destruction) 35 mm yang ditembakkan dari dua meriam kembarnya. Peluru 35 mm AHEAD dari Rheinmetall Oerlikon akan menyembur dan membentuk semacam perisai (metal spin-stabilised projectiles) saat berada di dekat target setelah 4 detik ditembakan, sehingga kemungkinan target lolos dari sasaran peluru hanya 10%. Ibarat seorang nelayan melemparkan jaring ke seekor ikan. Perisai itulah yang akan menghantam dan merusak rudal/ pesawat yang datang. Rheinmetall menyebut kemampuan ini sebagai: “Skyshield” alias perisai udara.

 
 Meriam twin 35mm GDF series towed anti-aircraft guns
 
 Amunisi AHEAD (Advanced Hit Efficiency and Destruction) 35 mm 
saat ditembakkan dari meriam

Amunisi Ahead bisa juga ditembakkan dari twin 35mm GDF series towed anti-aircraft guns yang dimodifikasi, untuk meningkatkan kemampuan mereka terhadap target yang kecil. Sejumlah konsumer Rheinmetal juga mengambil opsi ini untuk upgrade alutsista mereka dengan biaya yang lebih murah.
Harga enam baterai Oerlikon Skyshield (sistem radar, senjata, pemeliharaan dan training) diperkirakan 113 juta Euro.
Jerman terus mengembangkan Skyshield ini dengan memunculkan versi terbaru yakni Rheinmetall MANTIS (Modular, Automatic and Network-capable Targeting and Interception System). MANTIS didisain sebagai garda terdepan untuk melindungi aset sipil maupun militer dari ancaman serangan yang terkecil, termasuk mortir, karena memiliki kemampuan:counter-rocket and mortar (C-RAM). Sejauh ini ujicoba Mantis sukses mencegat serangan artileri, mortir dan tentunya roket.

Satu Firing Unit (FU) Skyshield Gun Misille terdiri dari dua unit meriam revolver kaliber 35 mm (1,38 inci), satu sistem sensor pengendali/radar dan pos komando secara terpisah, juga dilengkapi dengan dua rudal darat ke udara jenis Chiron buatan Korea Selatan yang sudah terintegrasi dengan Skyshield Gun Sistem sehingga membuat jangkauan radar lebih luas dan efektif, sehingga sekaligus mengembangkan pertahanan titik menjadi pertahanan wilayah/area.
Skyshield Gun Missile dapat ditempatkan di mana saja sesuai kebutuhan dengan sistem mobail dengan menggunakan empat truk yang sudah dilengkapi dengan derek, masing-masing truk memuat satu pos command, dua meriam revolver 35 mm dan satu sistem sensor kendali/radar, sedangkan Chiron dapat ditempatkan hingga sejauh 5 km dari Command Post.
Saat ini Skyshield Gun Missile ditempatkan di Denhanud 471 Paskhas Halim Perdanakusuma, Denhanud Paskhas Lanud Supadio Pontianak, dan Denhanud Paskhas Lanud Sultan Hasanuddin masing-masin satu Baterai yaitu dua Firing Unit.
Sedangkan personel yang mengawakinya sudah mendapat pelatihan sebanyak 20 personel terdiri dari 12 personel Paskhas, empat personel Depo 60 Senamo Lanud Iswahjudi dan Depohar 50 Lanud Adi Sumarmo, Solo.


 Chiron missile man-portable, fire-and-forget system, day-night operational

Lanud Iswahjudi mulai dilengkapi dengan sistem pertahanan udara baru nan canggih. Kaunitharsenrat Bengsen Sathar 61 Depohar 60, Lettu Tek Fajar Ari Kumbara, dalam briefing pagi, Rabu (3/9), memberikan paparan tentang alutsista berupa persenjataan Oerlikon Skyshield 35 mm, pabrikan Rheinmetall Air Defence dari negara Switzerland.
Menurut Lettu Tek Fajar Ari Kumbara, senjata Oerlikon Skyshield 35 MM adalah senjata Penangkis Serangan Udara kaliber 35 mm yang dioperasikan secara otomatis dan diintegrasikan dengan Chiron missile.

Satu Firing Unit (FU) Skyshield Gun Misille terdiri dari dua unit meriam revolver kaliber 35 mm (1,38 inci), satu sistem sensor pengendali/radar dan pos komando secara terpisah, juga dilengkapi dengan dua rudal darat ke udara jenis Chiron buatan Korea Selatan yang sudah terintegrasi dengan Skyshield Gun Sistem sehingga membuat jangkauan radar lebih luas dan efektif, sehingga sekaligus mengembangkan pertahanan titik menjadi pertahanan wilayah/area.
Sedangkan Chiron Missile memiliki data teknik, jarak maksimum maksimum 7 km, Jarak efektif 3-5 km, ketinggian 3,5 km, berat missile 20 kg fuse impack dan proximity, diameter 80mm, launcher pedestal, Chiron Missile diproduksi negara Korea Selatan.
Skyshield Gun Missile dapat ditempatkan di mana saja sesuai kebutuhan dengan sistem mobail dengan menggunakan empat truk yang sudah dilengkapi dengan derek, masing-masing truk memuat satu pos command, dua meriam revolver 35 mm dan satu sistem sensor kendali/radar, sedangkan Chiron dapat ditempatkan hingga sejauh 5 km dari Command Post.
Briefing yang dilaksanakan secara rutin di ruang Tedy Kustari tersebut, diikuti oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Donny Ermawan T. M.D.S., serta segenap pejabat dan seluruh penerbang Lanud Iswahjudi.


Oerlikon Skyshield 35 MK-2 dibawa dengan pesawat C 130 Hercules milik TNI AU

Skyshield Gun Missile akan ditampil pada pada defile peringatan HUT TNI ke-69 pada 7 Oktober mendatang di Dermaga Ujung Surabaya.  


Oerlikon Skyshield 35 MK-2 di Ujung Surabaya persiapan HUT TNI ke 69