Kamis, 14 April 2011

KISAH-KISAH PILU PESAWAT T 34 C -1

Kisah-kisah Pilu Pesawat T-34C-1

Secara natural penerbang adalah makhluk yang habitatnya di daratan, namun dia bisa seperti burung terbang tinggi di udara dengan bantuan wahana udara bernama pesawat terbang (aircraft). Dengan belajar dan berlatih secara tekun, maka mampulah dia mengangkasa laksana burung elang atau rajawali terbang di langit yang tinggi.
Sementara itu, pesawat terbang sesungguhnya adalah “benda darat” yang – dengan rekayasa teknologi berdasarkan hukum fisika termodinamika – dan didesain sedemikian rupa sehingga bisa terbang. Namun lantaran sejatinya ia adalah “benda darat”, maka tidak mungkin pesawat terbang akan terus terbang – pada akhirnya akan mendarat juga di daratan. Persoalannya adalah, apakah mendaratnya pesawat tersebut karena kondisi “normal” (baca: dikendalikan pilot untuk didaratkan), atau mendarat karena “terpaksa mendarat” (baca: jatuh/ kecelakaan).
Jatuh (crash) adalah risiko yang selalu berpotensi bagi benda darat yang berada di ketinggian dan melayang di udara – apalagi hukum grafitasi Newton secara alamiah juga menghendaki demikian – seperti halnya pesawat terbang. Penyebabnya bisa karena human error (kesalahan manusia) atau technical error (kesalahan teknis). Sekbang sebagai lembaga pendidikan untuk mendidik dan mencetak calon penerbang, tak urung juga harus menerima kenyataan ini sebagai bagian dari risiko tugas – meski, tentu saja, tak dikehendaki sama sekali oleh siapapun.

Begitu pulalah dengan Skadik 102 yang mengoperasikan pesawat T-34 C, beberapa kali menerima kenyataan pahit dengan kisah-kisah pilu ketika sejumlah pesawat beserta instruktur dan siswanya mengalami kecelakaan terbang. Di bawah ini beberapa kejadian yang memilukan itu dan menjadi kenangan pahit sebagai pelajaran agar di kemudian hari tak terulang lagi.

Tragedi LD 3401
Terjadi di bulan November 1980, ketika itu Intruktur Penerbang dan Siswa Sekbang sedang melaksanakan kegiatan terbang malam dengan Exercise Pattern (Take Of Landing), pesawat terbang dalam keadaan normal dan tidak ada laporan ke Tower yang menyatakan bahwa pesawat LD 3401 tersebut mengalami trouble. Pesawat semula akan melaksanakan landing dengan mengunakan Run Way 09, namun ternyata tidak sampai ke landasan sehingga pesawat landing di sebelah kolam renang Tirto Adi Lanud Adisutpto.
Pada waktu malam itu ada beberapa anggota Ground Crew yang melihat jatuhnya pesawat dengan lokasi dekat kolam renang, sehingga langsung melaporkan kejadian tersebut ke Perwira Tehnik yang Duty Flight Line dan selanjutnya mengarahkan anggota menuju ke lokasi kejadian untuk mengevakuasi personel maupun materiil. Walhasil, setelah para anggota sampai di lokasi Mayor Pnb Mulyono beserta siswa Sekbangnya sudah meningalkan pesawat berjalan kaki menuju Rumah Sakit Lanud Adisutjpto. Instruktur beserta siswanya, syukurlah, selamat karena hanya mengalami luka-luka ringan, sedangkan pesawat T-34C-1 /Charlie dengan Nomer Register LD 3401 kondisi total lost.

Tragedi LD 3418
Di suatu pagi hari yang cerah, tepatnya tanggal 14 April tahun 1986 Mayor Pnb Kusmadi dengan siswa sedang melaksanakan terbang dengan Exercise Instrument. Pesawat mengalami Un Control (semua penel menunjukkan engine instrument maksimum ), engine performance tidak bisa dicontrol, sehingga instruktur memutuskan untuk segera landing.
Keputusan yang diambil oleh Mayor Pnb Kusmadi sudah tepat, namun pada saat akan melaksanakan pendaratan di Run Way 27 ternyata pesawat tidak sampai di landasan melainkan landing darurat di ujung Run Way 27 di atas sawah petani di Desa Kalitirto Berbah Sleman. Dalam accident ini tak ada korban, baik instruktur maupun siswa selamat dalam keadaan kondisi baik, hanya pesawat T-34C-1 /Charlie dengan Nomer Register LD 3418 mengalami total lost (tidak dapat digunakan lagi).

Tragedi LD-3413
Pada tanggal 22 Mei 1987 Instruktur Penerbang Mayor Pnb Budi Laksono beserta Siswa Sekbang Dody sedang melaksanakan kegiatan penerbangan dengan exercise Navigasi Ketinggian Rendah (NKR) di Area 04. Dikarenakan ketinggian pesawat terlalu rendah, mengakibatkan sayap pesawat menyambar pohon kelapa yang cukup tinggi di daerah tersebut, sehingga mengakibatkan posisi pesawat menukik ke tanah tepatnya di daerah Delanggu.
Siswa Dody yang masih berada dalam cockpit depan gugur di tempat kejadian, sedangkan Instruktur Penerbang yang berada di cockpit belakang kondisinya selamat. Namun accident tersebut mengakibatkan pesawat T-34C-1 /Charlie dengan Nomor Regrestasi LD 3413 ini mengalami kerusakan total lost.

Tragedi LD 3425
Accident yang sangat tragis pada tanggal 6 Maret 1990 menimpa sebuah pesawat T-34C-1/Charlie dengan nomor register LD 3425 terjadi di daerah perbukitan wilayah Kaliurang Yogyakarta, merenggut jiwa dua personel dan menghancurluluhkan Alut Sista TNI Angkatan Udara tersebut.
Instruktur Penerbang Kapten Pnb Sasongko berserta siswa Sekbang Heru sedang melaksanakan kegiatan exercise Terbang Malam di atas area sekitar Kaliurang. Saat itu cuaca sangat buruk tak bersahabat dan disertai dengan hujan yang lebat. Tepat pukul 12.30 pesawat LD 3425 kehilangan kontak (lost contact) dengan Tower Lanud Adisutjipto.
Upaya pencarian pun langsung dilakukan oleh Komandan Skadik 102 Letkol Pnb Wattimena dengan instruktur yang lain menggunakan pesawat T-34C-1/Charlie. Namun malam itu pencarian pesawat LD 3425 yang jatuh tidak membuahkan hasil. Kemudian dilanjutkan keesokan paginya dengan mendatangakan Tim SAR dari Jakarta menuju area perbukitan Kaliurang akhirnya, dan berhasil menemukan lokasi jatuhnya pesawat. Anggota Skadik 102 yang ditunjuk untuk melaksanakan evaluasi bersama Tim SAR, berikut Tim Medis langsung menuju ketempat lokasi kejadian.
Setelah sampai di tempat ternyata pesawat tersebut sudah hancur dan Instruktur Penerbang beserta siswa Heru ditemukan sudah meninggal dunia. Lokasi kejadian yang sangat berat di kawasan perbukitan membuat Tim Evakuasi kesulitan untuk mengambil jenazah korban, namun dengan usaha yang keras akhirnya jenazah dapat diambil dari lokasi kejadian. Akan tetapi pesawatnya tidak dapat diambil karena medannya yang cukup berat. Sampai sekarang pesawat LD 3425 masih berada di perbukitan Kaliurang Yogyakarta dan dinyatakan total lost.

Tragedi LD 3422
Di akhir tahun tepatnya tanggal 23 Desember 1992, pesawat LD 3422 mengalami accident yang diawaki oleh instruktur Mayor Pnb Suwarno dengan siswa Yogi. Saat itu instruktur dan siswa melaksanakan Exercise Practise Forced Landing (PFL).
Di dalam prosedur PFL siswa menyebutkan prosedur Emergency Fuel Shut Off pull out secara lisan saja. Namun kenyataan yang terjadi, siswa menarik handle di pesawat pada saat akan landing di Run way 09 sehingga pesawat tidak mampu masuk ke landasan melainkan jatuh di lapagan sepak bola Wonocatur Yogyakarta.
Accident ini mengakibatkan Mayor Pnb Suwarno meninggal dunia, sedangkan siswa Yogi selamat dengan luka bakar yang parah. Sementara pesawat LD3422 mengalami total lost.

Tragedi LD 3424

Hari yang naas buat Letda Tek Nugroho Hadi (Ipong). Ketika itu tepat tanggal 26 Juli 1994, siswa Sekbang sedang melaksanakan exercise manouver tahap demi tahap. Fase demi fase telah dilalui oleh siswa sehingga tibalah saatnya Letda Tek Nugroho Hadi diberi kepercayaan untuk terbang solo (Solo Flight) di area 32 di atas Candi Borobudur Magelang.
Namun kepercayaan tersebut rupanya tidak dilaksanakan dengan baik, melainkan – entah mengapa - dia sepertinya lupa semua yang telah diajarkan oleh istrukturnya. Bahkan prosedur pun diabaikan, betapa tidak, pada saat itu siswa Nugroho Hadi membuat manuver dengan altitude (ketinggian) pesawat di luar prosedur yang seharusnya dilakukan untuk manuver yang seharusnya - yaitu 6000 feet. Akan tetapi semuanya dilanggar oleh siswa Nugroho sehingga mengakibatkan accident yang tidak bisa dihindari sekaligus mengakhiri hidupnya sendiri.
Dengan kejadian tersebut mengakibatkan kerugian bangsa dan negara, karena pesawat LD 3424 hancur berkeping-keping dan hangus terbakar di belakang restoran Borobudur Magelang.

Tragedi LD 3406
Tanggal 24 Pebruari 1997 instuktur dan siswa SIP melaksanakan penerbangan dengan exercise manouver di area 08 (daerah Klaten). Di area tersebut engine instrument menunjukkan normal tidak ditemukan tanda-tanda adanya gangguan pada engine. Setelah selesai melaksanakan manuver pesawat call return to base, namun tiba-tiba engine mengalami uncontrol. Semua engine instrumet menunjukkan maksimum performa pada N1, N2 dan torque.
Kemudian instruktur Kapten Pnb Widiantoro melaporkan kejadian tersebut ke tower dan VCP bahwa pesawat LD 3406 mengalami gangguan engine dan tidak mampu lagi dikontrol oleh PCL di pesawat. Selanjutnya duty instructor meng-guide dengan memberi instuksi kepada Kapten Widiantoro agar landing dengan Emergency. Semua instruksi dari duty instructor melalui VCP dilaksanakan oleh Kapten Widiantoro, tetapi sayang pada saat akan landing dengan menggunakan R/W 09, Shut Off Valve tercabut sehingga pesawat tidak mampu lagi mendarat di Run way 09 melainkan di sawah dekat sungai sebelah barat R/W 09. Innalillahi wainna ilaihi roji’un. Kapten Pnb Widiantoro meninggal di tempat kejadian, sedangkan siswa SIP atas nama Mayor Pnb Suwandi selamat. Tetapi, lagi-lagi, pesawat LD 3406 mengalami Total Lost.

Tragedi LD 3414
Tragedi kali ini terjadi justru menjelang akhir pendidikan Sekbang, pada tanggal 20 Februari 1998. Instruktur dan siswa yaitu Mayor Pnb Imanulloh dengan siswa Leonardo Lawalatta mengalami nasib naas.
Saat itu Sekbang sedang melaksanakan navigasi jarak jauh (NJJ) dengan route Adisucipto-Halim-Palembang. Hari demi hari telah dilalui hingga hari terakhir latihan navigasi jarak jauh dinyatakan selesai. Pesawat LD 3414 yang diawaki oleh instruktur Mayor Pnb Imanulloh dengan siswa Leonardo menerbangi route Palembang-Halim.
Selesai melaksanakan pengisian bahan bakar di Lanud Halim, mereka melanjutkan penerbangan ke Lanud Adisucipto. Setelah overhead di landasan Adisucipto, pesawat seharusnya mendarat menggunakan R/W 09. Namun pesawat tersebut tidak langsung landing, tetapi melaksanakan dulu tactical roll di ujung R/W 27. Pada saat melaksanakan tactical roll itulah pesawat langsung menghujam ke tanah di ujung R/W 27. Instruktur beserta siswanya gugur di tempat kejadian dan mengakibatkan pesawat LD 3414 hancur total.

Tragedi LD3415
Faktor cuaca mempunyai andil sebagai penyebab kecelakaan, dan itulah yang terjadi pada tanggal 1 Desember 2000. Saat itu instruktur penerbang Mayor Pnb Yuni Purwo dan siswa Wira terbang dari Lanud Husein Sastranegara menuju Lanud Adisucipto dalam rangka latihan navigasi jarak jauh Sekbang Angkatan ke-63.
Di perjalanan tepatnya di daerah Purworejo hujan deras disertai angin yang kencang dan berawan yang sangat tebal mengganggu pandangan (visibility) awak pesawat. Sebelum masuk Purworejo komunikasi antar pesawat dengan tower Adisucipto masih contact dengan baik, namun beberapa menit kemudian komunikasi menghilang. Dan dicoba dari tower Adisucipto ke pesawat tidak ada jawaban. Dari pihak tower menginformasikan ke duty dispatch bahwa pesawat LD 3415 telah kehilangan contact (putus komunikasi). Dengan demikian dianalisa dan disimpulkan bahwa pesawat tersebut telah mengalami gangguan.
Ternyata beberapa jam kemudian mendapat laporan/informasi bahwa pesawat LD3415 telah jatuh di daerah Purworejo. Instruktur dan siswa meninggal di tempat kejadian. Accident ini menyebabkan pesawat LD 3415 mengalami total lost.

Sumber :
http://202.158.39.213/content.asp?contentid=3266

Tidak ada komentar:

Posting Komentar