Kamis, 09 Juni 2011

N 219

N 219


Specifications
General characteristics
Empty weight: 10,489 lb (4,758 kg)
Gross weight: 16,000 lb (7,257 kg)
Performance
Cruise speed: 213 kn (245 mph; 394 km/h)
Stall speed: 73 kn (84 mph; 135 km/h)
Range: 600 nmi (690 mi; 1,100 km)
Ferry range: 1,580 nmi (1,820 mi; 2,930 km)
Rate of climb: 2,300 ft/min (12 m/s)

N 219 ini pengembangan lebih lanjut dari pesawat C 212 Aviocar. Pesawat N 219 ini airframenya semuanya mengunakan logam. Dan menurut PT DI pesawat ini mempunyai volume terbesar di kelasnya, dengan pintu fleksibel untuk menyesuaikan berbagai macam missi penerbangan yang diembannya. Uji terowongan angin telah dilaksanakan pada Maret 2010. Dan pesawat pertama dikirim ke konsumen pertama pada tahun 2013-2014.

Presiden Direktur PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso berharap produksi pesawat perintis N219 menjadi jembatan alih teknologi antara para insinyur CN235 yang dicetak BJ Habibie pada tahun 1980-1990 dengan generasi baru.

"Generasi yang memiliki kesempatan mengembangkan pesawat CN235 dan N250 semakin tua dan tidak lama lagi pensiun. Generasi ini tak lama lagi akan hilang," kata Budi berbicara tentang pentingnya produksi pesawat N219 yang saat ini akan memasuki tahap desain struktur.

Menurut dia, hilangnya generasi aeronotika yang dibangun Habibie selama 20 tahun itu akan menjadi suatu kerugian besar bagi Indonesia, karena untuk mencetak generasi yang sama seperti masa tersebut Indonesia harus memulainya lagi dari nol.

Karena itu, menurut dia, produksi N219 harus menjadi momen penting untuk menghapus gap tersebut yakni dengan memaksa "generasi yang hampir hilang" itu segera menurunkan ilmunya kepada generasi pendatang baru.

Pencetakan SDM aeronotika saat ini diakuinya tidak semasif di masa mantan Menristek BJ Habibie, di mana setiap tahun hanya puluhan insinyur aeronotika yang lulus dari ITB dan beberapa universitas lainnya.




Rancangan pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia telah lulus uji aerodinamika. Pesawat kecil tersebut diharapkan mampu menjawab masalah transportasi Indonesia yang berbentuk kepulauan.

Untuk pengujian aerodinamika PT Dirgantara Indonesia menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pengujian sudah dimulai sejak tahun 2008 ketika pengujian terowongan angin di Laboratorium Aero Gas dan Getaran BPPT di Serpong. Selasa (28/12), BPPT menyerahkan hasil uji kepada PT Dirgantara Indonesia.

Hasil uji menunjukkan kalau N219 sudah mampu untuk lepas landas dan mendarat pada landasan yang pendek. Selain itu, N219 juga dianggap telah memiliki stabilitas.

PT Dirgantara Indonesia mendesain N219 agar sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. "Pesawat dibuat nyaman dan bisa melakukan manuver dengan baik," kata Andi Alisyahbana, Direktur Aero Structure PT Dirgantara Indonesia. Andi juga menambahkan kalau N219 dibuat agar bisa membawa bahan bakar yang banyak. "Hal ini karena tidak semua lapangan udara memiliki fasilitas pengisian bahan bakar," jelas Andi.

Pesawat N219 sudah mulai dirancang sejak tahun 2006. Pesawat tipe komuter dengan kapasitas 19 orang ini diharapkan bisa menjadi solusi transportasi bagi Indonesia yang berbentuk kepulauan. "Kondisi geografis Indonesia berupa kepulauan. Tidak seluruh pulau terhubung baik dengan transportasi darat maupun laut. Harus dicarikan solusi transportasi. Salah satunya adalah dengan transportasi udara," kata Budi Santoso, Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia pada saat serah terima hasil pengujian.

Rencananya, pesawat ini akan mulai diproduksi tahun 2013. Menurut penelitian PT Dirgantara Indonesia, pesawat berpenumpang 19 dibutuhkan sebanyak 202 buah. "97 untuk sipil, dan 105 untuk misi khusus," papar Kepala BPPT Marzan A. Iskandar. Tetapi awalnya, PT Dirgantara Indonesia akan memproduksi sebanyak 25 buah dulu. "Kami upayakan terjual semuanya," tegas Andi.
N219, lanjut Budi, memang dirancang untuk penerbangan jarak pendek yang dioperasikan pada daerah dengan kondisi alam dengan tingkat kesulitan yang tinggi seperti landasan tak beraspal di wilayah pegunungan dan kepulauan.

"Masalah kondisi negeri kita yang seperti ini harus dipecahkan sendiri oleh kita. N219 merupakan solusi transportasi untuk kondisi ini. Khususnya ketika pabrik-pabrik pesawat dunia sudah tak lagi memproduksi yang sekelas ini," katanya.

Pesawat dengan kapasitas 19 penumpang itu diharapkan dapat menggantikan pesawat Twin Otter dari sisi "performance" ditambah dengan beban yang lebih besar.

Disebutkan untuk 20 tahun ke depan kebutuhan pasar pesawat kelas 9-20 kursi di dunia mencapai 5.350 unit dan di Asia Pasifik 549 unit, baik untuk menjawab pertambahan kebutuhan maupun penggantian.



Sumber :
http://aircraft-manufacture.blogspot.com/2011/04/generasi-perancang-n-250-dan-n-2130.html
http://www.pusatdunia.com/Pusat-Berita/militer/PT-Dirgantara-Indonesia-sukses-membuat-pesawat-N219.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar