Senin, 14 September 2015

Sukhoi Su 30 KI Impian TNI AU Yang Gagal Karena Krisis Moneter

Sukhoi Su 30 KI Impian TNI AU Yang Gagal 
Karena Krisis Moneter

Bermula pada tahun 1997, AU Pakistan yang membeli F-16 dari Amerika sebanyak beberapa pesawat yang jumlahnya kurang tahu pasti. Namun, ketika 9 F-16 dari total pemesanan Pakistan ini sudah selesai dan tinggal pengiriman, Amerika memberlakukan embargo terhadap Pakistan terkait dengan isu Nuklir Pakistan . Hal ini membuat pembelian F-16 Pakistan tersebut dibatalkan dan pesawat yang terlanjur sudah selesai tersebut rencananya akan di jual ke negara lain.
Indonesia yang ketika itu ingin meningkatkan kemampuan Angkatan Udaranya, menaruh minat besar akan pesawat baru yang tidak jadi dijual ke Pakistan tersebut. Pesawat ini di
maksudkan untuk melengkapi 12 F-16 yang dimiliki Indonesia ketika itu.
Amerika dan Indonesia telah setuju untuk mengalihkannya ke Indonesia dan kontraknya sudah di tanda tangani pada Maret 1996. Namun setahun kemudian, kontrak ini dibatalkan oleh Presiden Indonesia kala itu yaitu Soeharto karena beliau merasa gerah dengan tudingan Amerika terhadap Indonesia mengenai permasalahan HAM di Indonesia. 
Akhirnya Indonesia pun melakukan langkah ‘membelot’ ke Rusia dengan melakukan pemesanan 12 Sukhoi KI (SU-30KI). Sukhoi KI ini merupakan satu-satunya Su-30 yang berkursi tunggal. Ketertarikan Indonesia terhadap pesawat Sukhoi ini dikarenakan Indonesia sudah melihat kehebatan pesawat ini ketika Sukhoi tampil di ajang Indonesia Air Show pada Juni 1996. Langkah membeli Sukhoi ini bisa dikatakan sebuah perlawanan Indonesia terhadap hegemoni Amerika yang terus menekan Indonesia melalui isu-isu HAM dan sejenisnya. Indonesia sangat berharap pembelian Sukhoi ini akan menaikkan martabat Indonesia di mata dunia. Namun, pembelian Sukhoi ini tidak bisa lepas dari tekanan Amerika dan sekutunya yang tidak ingin Indonesia berhasil memiliki Sukhoi. Hal ini bisa dipahami, karena pembelian Sukhoi akan mendekatkan Indonesia ke Rusia seperti ketika jaman pemerintahan Presiden Soekarno yang membuat Indonesia begitu di takuti oleh Amerika dan sekutunya.

Sukhoi Su 30 KI yang pernah akan diakuisisi oleh TNI AU

Su-30 KI Komyercheskyi Indonyesiyskiy yang artinya komerisal untuk Indonesia. Pesawat tempur canggih yang dirancang oleh biro desain Sukhoi khusus dipersembahkan bagi Indonesia. Bahkan pesawat ini menjadi basis bagi pengembangan pesawat Su-35, namun sayang nasib pesawat ini begitu tragis. Krisis moneter yang menghantam Indonesia pada tahun 1998, membuat pesawat Su-30 KI terkatung-katung tidak jelas.
Biro desain KnAAPO mengadakan program upgrade pesawat tempur single seater Su-27SK, pada tahun 1995. Upgrade meliputi jarak dan kefektifan tempur yang ditingkatkan, dan menjadikanya sebagai penempur multi role. Fase pertama ini menghasilkan satu spesies baru yaitu Su-30 KI
Su-30 KI merupakan penempur dengan awak tunggal, beragam kesaktian ada dalam tubuh pesawat ini. Salah satunya adalah IFR probe, satnav receiver, ILS/VOR navigasi dan sistem pendaratan yang ditingkatkan, RVV-AE missile. Tidak cukup sampai disitu, pada tahap kedua peningkatan ditambahkan kembali sistem avionik yang ditingkatkan, komputer, radar phased array dan senjata.
Pada tanggal 28 Juni 1998 menjadi debut pertama Su-30 KI, dalam atraksi udara MAKS '99 international aerospace show. Dalam penampilanya Su-30 KI dicat dengan warna abu-abu-hitam dan biru. Penampilan Su-30 KI dalam ajang airshow tersebut sangat mengagumkan, bahkan diakui oleh sejumlah negara.
Su-30 KI memiliki performa luar biasa, lantaran ditenagai mesin Saturn Lyul'ka AL-31F afterburning turbofans membuat pesawat ini sanggup melaju hingga kecepatan mach 2. Su-30 KI sanggup terbang dengan ketinggian mencapai 17 Km, dengan jarak tempuh mencapai 3.000 Km. Su-30 KI dilengkapi dengan senjata meriam GSh-301 30mm, rudal R-60, R-73, R-27, RVV-AE (R-77) AAMs, dan tabung ECM Pods. 
Entah ada kaitan langsung atau tidak, krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1998 memaksa Indonesia membatalkan pembelian Sukhoi dari Rusia ini. Gagalnya pembelian ini membuat kekuatan Angakatan Udara Indonesia mengalami stagnasi dan semakin parah ketika tahun 1999 sampai dengan 2005, Amerika dan sekutunya memberlakukan Embargo Militer terhadap Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar