Selasa, 29 September 2015

Puspenerbad TNI AD

Puspenerbad TNI AD

 Cessna L-19

Wira Amur on Duty pesawat Cessna L-19 milik Penerbad dalam masa operasinya.Sepasang pesawat Cessna L-19 pernah dikerahkan untuk menumpas gerakan separatis pimpinan Kahar Muzakar di tahun 1964.Selain mengintai pesawat ringan ini juga ditugasi memberikan bantuan tembakan bagi pasukan darat.Misi ini bukan seperti BTU pada umumnya,misi ini cukup dilakukan dgn menembakkan senapan serbu AK-47 maupun Stengun dari dlm pesawat.....Lewat pesawat ini juga,seorang Taruna Akmil tingkat akhir yaitu Sintong Panjaitan yang kala itu sdg menjalani praktek lapangan dlm operasi Kilat pernah melakukan aksi lain daripada yang lain.Ia menjatuhkan peluru mortir kaliber 60 mm untuk memborbardir posisi lawan dari pesawat jenis ini....Sayangnya usahanya itu tidak membuahkan hasil lantaran peluru mortirnya gagal meledak....Ini sedikit cerita dari pesawat Cessna L-19 milik Penerbad

De Havilland Canada DHC-2 Beaver Mk1

Kodratnya adalah pesawat angkut sipil ringan, namun karena pernah digunakan oleh Puspenerbad (Pusat Penerbangan Angkatan Darat) TNI AD, maka pesawat bermesin propeller ini masuk kedinasan dalam dunia militer. Inilah BN-2A Islander, pesawat jenis utility aircraft produksi Britten-Norman dari Inggris, ikut ambil bagian dalam babak awal Operasi Seroja di Timor Timur. Meski basis BN-2A kemudian ada yang diluncurkan dalam varian militer, Islander milik TNI AD tidak dipersenjatai, perannya lebih ke fungsi angkut dan pengintaian taktis.

 BN-2A Islander milik Puspenerbad dengan nomer A-10021 bernama “Batu Gade”
Seperti disebut dalam buku “Operasi Udara di Timor-Timur” karya Hendro Subroto, pada tahun 1977 Puspenerbad mengirimkan pesawat BN-2A Islander dengan nomer A-10021 bernama “Batu Gade” ke Timor Timur. Tidak menyandang peran sebagai pesawat yang dipersenjatai, kelincahan BN-2A dan kemampuan short take off landing (STOL) dari landasan perintis (non aspal) menjadikan pesawat yang akrab dalam penerbangan perintis di Papua ini dipercaya sebagai wahana transport G-1/Intelijen Hankam.  

 Bagian kokpit dari pesawat  BN-2A Islander
Yang unik, Puspenerbad TNI AD hanya punya 1 unit BN-2A Islander, dan merujuk informasi dari planelogger.com, ternyata Islander TNI AD tidak didatangkan gress, alias beli baru. Sebelum menjadi milik TNI AD, pesawat dengan mesin 2x Lycoming O-540-E4C5 adalah milik TAT – Transportes Aereos de Timor. Menurut catatan, BN-2A Islander resmi digunakan TNI AD pada Desember 1975. Meski kini diduga sudah tak lagi beroperasi, pesawat yang berpangkalan di Bandara Pondok Cabe ini masih terlihat di Oktober 2006.
Seperti apakah kemampuan BN-2A Islander? Dalam konfigurasi standar, pesawat ini dapat dimuati sampai 9 penumpang. Dengan maximum take off weight 2.994 kg, pesawat ini dapat mengudara dengan kecepatan maksimum 273 km per jam, dan kecepatan jelajah 257 km per jam. Punya kecepatan menanjak 295 meter per menit, pesawat ini mampu terbang di ketinggian maksimum 4.024 meter. Dengan bahan bakar internal, jarak jangkau terbangnya mencapai 1.400 km.

Aero Commander 680FL dengan nomer A-2003 dan A-2004


Serupa tapi tidak sama, Puspenerbad TNI AD ternyata juga punya pesawat angkut yang mirip dengan BN-2A Islander, yakni Aero Commander 680FL. Teratat ada dua unit yang pernah beroperasi, yaitu pesawat dengan nomer A-2003 dan A-2004. Bedanya Aero Commander adalah buatan Negeri Paman Sam, dan pesawat ini pun sukses dikembangkan ke dalam varian militer.

Mil Mi 35 TNI AD

Mil Mi 35 TNI AD


Mil Mi 35 P saat datang di Indonesia

Helikopter Mil Mi 35 TNI AD dengan persenjataan lengkap

Untuk kebutuhan pasar ekspor, pihak pabrikan, Mil Helicopter kemuduan merilis versi Mi-35P, versi inilah yang dioperasikan sejumlah 5 unit oleh Puspenerbad TNI AD. Dalam operasionalnya, Mi-35P dibutuhkan tiga orang kru, terdiri dari pilot, kopilot yang merangkap sebagai operator persenjataan, dan teknisi (flight engineer). Formasi tempat duduk pilot berada diatas posisi duduk kopilot, tak beda dengan konfigurasi tempat duduk di AH-64 Apache atau AH-1 Cobra. Posisi kopilot di depan membuat dirinya lebih leluasa melihat sasaran dan mengakurasi tembakannya. Kokpit helikopter dibuat kedap udara agar tahan dalam kondisi NBC. 


 Kokpit helikopter yang dibuat kedap udara agar tahan dalam kondisi NBC

Sementara untuk teknisi, duduk di dalam ruang kargo. Mi-35P merupakan helikopter bermesin ganda yang ditujukan untuk memberikan dukungan bagi tentara darat dari jarak dekat, menghancurkan kendaraan lapis baja serta sebagai alat transportasi pasukan atau barang; artinya helikopter ini merupakan alat tempur pasukan infantri yang terbang.
Mi-35P diberi lapisan proteksi layaknya ranpur lapis baja. Mi-35P dibekali pelindung lapisan baja untuk menahan terjangan proyektil. Keseluruhan bodi helikopter dirancang untuk mampu menahan tembakan proyektil kaliber 12,7 mm, termasuk pada lima bilah rotornya. oleh karena itu oleh pilot Soviet yang berbahasa Rusia, Mi-35P dijuluki letayushiy tank atau tank terbang. Konon tubuh dan kanopi kacanya mampu menahan tembakan dari jarak cukup dekat. Nama lainnya adalah buaya karena kemiripan bentuk.
Rotor utama Mi-35P terbuat dari bahan campuran titanium dan fiber glass sehingga mampu menghasilkan tenaga putaran dan balance yang lebih maksimal terhadap lima bilah rotornya. Jumlah bilah rotornya bagian atas helikopter itu berjumlah lima dengan panjang 17,3 meter. Kemudian rotor pada bagian ekor terbuat dari bahan alumunium pilihan dan mampu berperan sebagai stabilizer dengan sangat baik. Bilah rotor bagian  ekor berjumlah tiga dengan panjang 3,9 meter. Khusus untuk kompartemen pilot dan kopilot dirancang mampu menahan serbuan proyektil dari kaliber 37 mm dengan material kevlar. Panjang sayap adalah 6,5 meter. Dari sisi proteksi, heli ini menjadi wahana yang sangat pas untuk membawa VVIP melintasi wilayah yang rawan.
Untuk mengantisipasi serangan-serangan dari rudal panggul, ini dibuktikan dengan hadirnya perangkat Radar warning receiver, IR (infra red) jammer, flares, dan optional heat diffusers pada Mi-24/Mi-35 generasi terkini.

 Dudukan untuk perangkat flare
Mil Mi 35 mulai dimiliki TNI Angkatan Darat sejak Oktober 2010. Terdapat lima unit Mi-35P yang bermarkas di Skuadron 31/Serbu Pusat Penerbangan TNI-AD. Pembelian helikopter tersebut merupakan realisasi perjanjian pemerintah RI dan Rusia pada September 2007 menggunakan fasilitas kredit pembelian luar negeri dari pemerintahan Rusia sebesar 56,1 juta dolar AS atau setara dengan 64,5 miliar rupiah. Harga itu termasuk pencakupan persenjataan dan amunisi serta pelatihan bagi para calon awak pesawat.
Bagi para pemerhati alutsista Indonesia, hadirnya Mi-35P pada tahun 2010 juga menandai era baru kesenjataan helikopter militer. Pasalnya, lewat Mi-35P mulai diperkenalkan penggunaan rudal, dalam hal ini rudal anti tank AT-9 Spiral-2. Sebelum-sebelumnya, jenis heli kombatan TNI AD paling banter hanya dipersenjatai kombinasi kanon, SMB (senapan mesin berat), dan roket FFAR. Selain diperkenalkannya rudal untuk heli TNI AD. 

 Senjata mesin fleksibel berkaliber 12,7 mm dan nampak juga FN MAG dengan peluru kaliber 7,62 mm x 51 mm yang bisa ditembakkan dari jendela samping yang dapat dibuka.

Di Indonesia, helikopter tempur Mil Mi-35 P itu dimodifikasi dengan menambahkan senjata mesin fleksibel berkaliber 12,7 mm dan senjata laras ganda dengan kaliber 30mm. Mi-35P juga menjadi helikopter pertama di lingkungan TNI yang dibekali kanon internal (fixed weapon), yaitu jenis GSh-30K kaliber 30 mm. Kanon dua laras ini disematkan pada sisi kanan kokpit. Bekal amunisi untuk kanon ini adalah 750 peluru.

 Nampak di bagian depan terpasang kanon internal (fixed weapon), yaitu jenis GSh-30K kaliber 30 mm

 Sosok rudal AT 9 Spiral 2 dan roket S 8 kaliber 80 mm


Dalam beberapa kesempatan, Puspenerbad TNI AD selain memamerkan sosok rudal AT-9, juga ditampilkan roket S-8 kaliber 80mm, dan pelontar chaff/flare. Ada cukup banyak varian senjata yang dapat dibawa, pada intinya Mi-35P dibekali 4 hardpoints senjata dalam 2 sayap. Berikut adalah opsi-opsi paket senjata yang dapat dipasang di Mi-35P.


 

Nampak sayap dengan panjang 6,5 meter  dengan 4 hardpoints senjata dalam 2 sayap. Kabin barang dan kokpit terhubung dengan ukuran panjang 2,83 meter, lebar 1,46 meter dan tinggi 1,2 meter sehingga mampu mengangkut delapan tentara yang dapat menembakkan senjata mereka dari jendela samping yang dapat dibuka.

Helikopter itu dapat terbang hingga kecepatan 335 kilometer per jam dengan jumlah kebutuhan bahan bakar 360 liter avtur per jam. Bobot di darat helikopter tersebut tanpa muatan adalah 8,5 ton dan mampu mebawa delapan tentara ditambah senjata eksternal berbobot 1,5 ton. 


Rudal AT 9 Spiral 2 dan roket S 8 kaliber 80 mm 
 
Mil Mi 35 P TNI AD sedang melakukan manuver tempur

Spesifikasi Mil Mi-35P
Produksi : Mil Helicopter
Awak : 3 (pilot, perwira persenjataan, teknisi)
Kapasitas : 8 prajurit atau 4 tandu
Panjang : 17,5 meter
Diameter baling-baling : 17,3 meter
Rentang Sayap : 6,5 meter
Rotor : lima blade main rotor dan tiga blade tail rotor
Tinggi : 6,5 meter
Berat kosong : 8.500 kg
Berat maksimum lepas landas : 12.000 kg
Mesin : 2× Isotov TV3-117 turbin, 1.600 kW (2.200 hp) masing-masing

Performa
Kecepatan maksimum : 335 km per jam
Kecepatan menanjak : 12,5 meter per detik
Ketinggian terbang maksimum : 4.500 meter
Lama terbang (endurance) : 4 jam
Jarak jangkau : 500 km
Jarak jangkau tempur : 160 km
Kapasitas bahan bakar internal : 1.840 liter avtur
Kapasitas bahan bakar tambahan : 500 liter per hardpoints
Jarak jangkau dengan bahan bakar tambahan : 1.000 km

Persenjataan
– 30 mm Yakushev-Borzov multi-barrel machine gun
– 1500 kg bom
– 4× Peluru kendali anti tank
– 4× 57 mm S-5 rocket pod atau 4× 80 mm S-8 rocket pod
– 2× 23 mm meriam dua laras (machinegun-pod)
– 4× tangki bahan bakar eksternal


Senin, 14 September 2015

Koleksi Senjata IJAAF dan IJNAF di Museum TNI Satria Mandala Jakarta

Koleksi Senjata IJAAF dan IJNAF di Museum TNI Satria Mandala Jakarta

Admin saat di Museum Pusat TNI Satria Mandala setelah mendokumentasi senjata-senjata yang pernah dipakai oleh IJAAF dan IJANAF di masa Perang Dunia ke 2

Saat tanggal 11 Agustus 2015 berkunjung ke Museum Pusat TNI Satria Mandala di Jakarta. Dan karena ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bisa mengunjungi langsung museum yang menyimpan senjata-senjata buatan Jepang di masa Perang Dunia ke 2 yang pernah terpasang di pesawat-pesawat yang digunakan oleh IJAAF dan IJANAF dan oleh karena koleksinya tersebut sehingga dikunjungi oleh Team Arawasi-Wildeagles dari Jepang yang mereka mempelajari tentang sejarah penerbangan Jepang yang waktu itu mereka didampingi oleh Mas Sinang Ariwibowo dari toko model "Peter & Partner", Pak Alex Sidharta dan Pak Iwan Winarta. 
Paa kesempatan ini admin berusaha mendokumentasikan sendiri koleksi senjata yang pernah terpasang di pesawat-pesawat yang digunakan oleh IJAAF dan IJANAF yang mana di era tahun 1942 - 1945 pernah ada di Indonesia dan senjata-senjata tersebut akhirnya digunakan oleh pejuang-pejuang kita untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari usaha Belanda untuk menjajah kembali Indonesia. 
Dan kini semua senjata tersebut tersimpan di Museum Pusat TNI Satria Mandala. 
Dan inilah hasil perburuan saya mendokumentasi senjata-senjata tersebut.  

Army Type 89 twin flexible yang terpasang di semua pesawat pembom model lama milik IJAAF seperti pembom "Lily" dan "Sally"

Type 89 7.7mm dual flexible machine gun
Berat : 11.8
Muzzle velocity : 746m/s
Rare of fire : 750-900 rounds/min
Feeding : drum magazines
Installed
Type 89 hevy bomber,
Type 93 hevy bomber,
Type 93 right bomber,
Type 97 hevy bomber,
Type 88 right bomber,
Type 98 right bomber,
Type 99 right bomber model 1 (Early),
Type 88 com Recon,Type 92 com Recon.
Base model : Army Type 3 heavy machine gun
Ammunition : 7.7 x 58SR (10.5 g) 


 7.7mm Type 89 dual flexible machine gun

 Army Type 89 twin flexible yang terpasang di pesawat Kawasaki Type 88 Reconnaissance/Bomber KDA-2
Type 89 7.7mm dual flexible machine gun
Army Type 100  /Type 1 twin flexible 7.7 mm
Type 1 7.7mm dual flexible machine gun
Installed: 

Type 99 right bomber: (middle)

 Di bagian paling kiri adalah senjata dari jenis Army Type 98 flexible (copy dari senjata buatan Jerman dari  jenis MG 15) dan yang paling kanan adalah senjata dari jenis Navy Type 92 flexible (Copy dari senjata dari jenis  Lewis).


Army Type 98 flexible (copy dari senjata buatan Jerman dari  jenis MG 15) yang terpasang pada pesawat bomber Jepang "Lily" (untuk gunner di bagian depan), "Nick", "Peggy" dan lain-lain.

Type 98 7.92mm flexible machine gun
Muzzle velocity : 790m/s
fire speed 1000 to 1500
Installed:
Type 2 twin engined fighter,
Type 99 tactical Recon (latter),
Type 99 right bomber Model 1(latter)

 Navy Type 92 flexible (Copy dari senjata dari jenis  Lewis)

 
Bagian yang bagian tengah adalah Model 97 (1937) 7.7-mm tank machine gun dan paling kanan adalah senjata dari jenis Army Te-4

 Model 97 (1937) 7.7-mm tank machine gun

 Army Te-4 sebagai salah satu senjata utama untuk pesawat yang digunakan oleh IJAAF dan terpasang di pesawat-pesawat dari jenis "Sonia", Ki-36 "Ida", "Lily", "Sally", "Helen" dan lain-lain.

Te-4 Single flexible machine gun
Caliber : 7.7mm
Weight : 9.27kg
Length : 105.9cm
Muzzle velocity : 810m/s
Rare of fire : 670 rounds/min
Feeding : drum magazines
Installed :
Type 97 com Recon,
Type 97 hevy bomber
ype 99 right bomber model 1 (Early),
Type 99 tactical Recon(Early)
Type 100 com Recon model 1& 2,
Type 100 hevy bomber 


 Army Te 4 yang terpasang di pesawat Tachikawa Ki-54 "Hickory"

Foto koleksi                    : Agung Surono 
Lokasi pengambilan foto   : Museum Pusat TNI Satria Mandala Jakarta Indonesia
Tanggal pengambilan foto : 11 Agustus 2015
Sumber data                   : 
Arawasi-Wildeagles 
Aircraft-Weapons-Army                  http://www.dragonsoffire.com
Japanese Army Aircraft Weapons   http://gunsight.jp/b/english/data/ja-gun-e-02.htm

Sukhoi Su 30 KI Impian TNI AU Yang Gagal Karena Krisis Moneter

Sukhoi Su 30 KI Impian TNI AU Yang Gagal 
Karena Krisis Moneter

Bermula pada tahun 1997, AU Pakistan yang membeli F-16 dari Amerika sebanyak beberapa pesawat yang jumlahnya kurang tahu pasti. Namun, ketika 9 F-16 dari total pemesanan Pakistan ini sudah selesai dan tinggal pengiriman, Amerika memberlakukan embargo terhadap Pakistan terkait dengan isu Nuklir Pakistan . Hal ini membuat pembelian F-16 Pakistan tersebut dibatalkan dan pesawat yang terlanjur sudah selesai tersebut rencananya akan di jual ke negara lain.
Indonesia yang ketika itu ingin meningkatkan kemampuan Angkatan Udaranya, menaruh minat besar akan pesawat baru yang tidak jadi dijual ke Pakistan tersebut. Pesawat ini di
maksudkan untuk melengkapi 12 F-16 yang dimiliki Indonesia ketika itu.
Amerika dan Indonesia telah setuju untuk mengalihkannya ke Indonesia dan kontraknya sudah di tanda tangani pada Maret 1996. Namun setahun kemudian, kontrak ini dibatalkan oleh Presiden Indonesia kala itu yaitu Soeharto karena beliau merasa gerah dengan tudingan Amerika terhadap Indonesia mengenai permasalahan HAM di Indonesia. 
Akhirnya Indonesia pun melakukan langkah ‘membelot’ ke Rusia dengan melakukan pemesanan 12 Sukhoi KI (SU-30KI). Sukhoi KI ini merupakan satu-satunya Su-30 yang berkursi tunggal. Ketertarikan Indonesia terhadap pesawat Sukhoi ini dikarenakan Indonesia sudah melihat kehebatan pesawat ini ketika Sukhoi tampil di ajang Indonesia Air Show pada Juni 1996. Langkah membeli Sukhoi ini bisa dikatakan sebuah perlawanan Indonesia terhadap hegemoni Amerika yang terus menekan Indonesia melalui isu-isu HAM dan sejenisnya. Indonesia sangat berharap pembelian Sukhoi ini akan menaikkan martabat Indonesia di mata dunia. Namun, pembelian Sukhoi ini tidak bisa lepas dari tekanan Amerika dan sekutunya yang tidak ingin Indonesia berhasil memiliki Sukhoi. Hal ini bisa dipahami, karena pembelian Sukhoi akan mendekatkan Indonesia ke Rusia seperti ketika jaman pemerintahan Presiden Soekarno yang membuat Indonesia begitu di takuti oleh Amerika dan sekutunya.

Sukhoi Su 30 KI yang pernah akan diakuisisi oleh TNI AU

Su-30 KI Komyercheskyi Indonyesiyskiy yang artinya komerisal untuk Indonesia. Pesawat tempur canggih yang dirancang oleh biro desain Sukhoi khusus dipersembahkan bagi Indonesia. Bahkan pesawat ini menjadi basis bagi pengembangan pesawat Su-35, namun sayang nasib pesawat ini begitu tragis. Krisis moneter yang menghantam Indonesia pada tahun 1998, membuat pesawat Su-30 KI terkatung-katung tidak jelas.
Biro desain KnAAPO mengadakan program upgrade pesawat tempur single seater Su-27SK, pada tahun 1995. Upgrade meliputi jarak dan kefektifan tempur yang ditingkatkan, dan menjadikanya sebagai penempur multi role. Fase pertama ini menghasilkan satu spesies baru yaitu Su-30 KI
Su-30 KI merupakan penempur dengan awak tunggal, beragam kesaktian ada dalam tubuh pesawat ini. Salah satunya adalah IFR probe, satnav receiver, ILS/VOR navigasi dan sistem pendaratan yang ditingkatkan, RVV-AE missile. Tidak cukup sampai disitu, pada tahap kedua peningkatan ditambahkan kembali sistem avionik yang ditingkatkan, komputer, radar phased array dan senjata.
Pada tanggal 28 Juni 1998 menjadi debut pertama Su-30 KI, dalam atraksi udara MAKS '99 international aerospace show. Dalam penampilanya Su-30 KI dicat dengan warna abu-abu-hitam dan biru. Penampilan Su-30 KI dalam ajang airshow tersebut sangat mengagumkan, bahkan diakui oleh sejumlah negara.
Su-30 KI memiliki performa luar biasa, lantaran ditenagai mesin Saturn Lyul'ka AL-31F afterburning turbofans membuat pesawat ini sanggup melaju hingga kecepatan mach 2. Su-30 KI sanggup terbang dengan ketinggian mencapai 17 Km, dengan jarak tempuh mencapai 3.000 Km. Su-30 KI dilengkapi dengan senjata meriam GSh-301 30mm, rudal R-60, R-73, R-27, RVV-AE (R-77) AAMs, dan tabung ECM Pods. 
Entah ada kaitan langsung atau tidak, krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1998 memaksa Indonesia membatalkan pembelian Sukhoi dari Rusia ini. Gagalnya pembelian ini membuat kekuatan Angakatan Udara Indonesia mengalami stagnasi dan semakin parah ketika tahun 1999 sampai dengan 2005, Amerika dan sekutunya memberlakukan Embargo Militer terhadap Indonesia.

Mirage 2000 Pesawat Impian TNI AU Yang Gagal Terwujud

Mirage 2000 Pesawat Impian TNI AU Yang Gagal Terwujud

Di sekitar tahun 1984 TNI AU ketika saat itu Mirage 2000 belum diproduksi secara massal,baru ada dua unit lansiran Avions Marcel Dassault tipe tempat duduk ganda dengan kode B-01 dan tempat duduk single dgn kode A-01, TNI AU berminat untuk mengakuisisi pesawat Mirage 2000. Selain Perancis baru Indonesia dan Taiwan yang berminat untuk mengakuisisi pesawat Mirage 2000 ini.

Para perwira Armee de`l Air / Angkatan Udara Prancis bertemu dengan Bpk.F.Djoko " Beaver" Poerwoko ( Alm ) langsung di Lanud Iswahjudi,Madiun saat masih diperkuat armada F-86 Sabre.

Dua tahun sebelum demo di Kemayoran, TNI AU mengirim lima perwira menengah terbaiknya ke Prancis.Dua di antaranya penerbang uji mereka adalah Letkol Pnb Holki BK ( F-5 ), Mayor Pnb F.Djoko Poerwoko ( A-4 ), Letkol Tek Nyoman Djawi, Letkol Tek Purnomo dan Letkol Lek Sridiarto. Selama dua minggu pada bulan Juni 1984,tim melaksanakan uji terbang di salah satu pangkalan di Prancis selatan ( dekat St.Tropies ).

 Nampak salah satu pilot TNI AU bersiap-siap menerbangkan pesawat Mirage 2000 B-01

Mayor Pnb F.Djoko Poerwoko berfoto bersama dengan kru Mirage 2000 B-01 yang tengah diuji untuk dipilih TNI AU


Dua tahun setelah pengiriman pilot uji TNI AU ke Perancis dilanjutkan dengan penampilan pesawat Mirage 2000 di acara Indonesia Air Show pada tahun 1986 di Kemayoran Jakarta.

Dasault-Mirage-2000 di acara Indonesia Air Show 1986 ex- Bandara Kemayoran seusai selesai demo di hari pertama pameran


Dalam pameran IAS'86 ini Presiden Soeharto berkesempatan duduk dalam kokpit sambil mengacungkan jempol nya.
Saat itu sebetulnya TNI AU sudah akan order 12 unit Mirage 2000. Hanya saja dengan adanya faktor politis ikut mempengaruhi keputusan saat itu maka proses akuisisi pesawat Mirage 2000 ini tidak berjalan mulus. 
Akhirnnya TNI AU lebih memilih 12 buah pesawat F 16 Fighting Falcon A/B block 15 OCU. Dengan sebelumnya ada kehadiran team aerobatik Thunderbirds ke Halim Perdanakusuma pada tahun 87 serta adanya ToT offset untuk pengaaan ke 12 pesawat
F 16 Fighting Falcon A/B block 15 OCU ini. 
Selain Indonesia peminat yang lain yaitu Taiwan  juga tidak jadi mengakuisisi,namun produk Mirage meraih pembeli di negara Timur Tengah.

Uji Coba Pertama CIWS type 730 di Kapal TNI AL

Uji Coba Pertama CIWS type 730 di Kapal TNI AL
ngkatan Laut Indonesia (TNI-AL) sedang menjajaki kemungkinan melengkapi kapal perang korvet Parchim Class bersama dengan LPD Makasar Class dengan CIWS type 730 produksi China sebagai sistem senjata pertahanannya, ungkap sumber TNI-AL kepada IHS Janes pada tanggal 18 Februari. Ini mengikuti setelah rampungnya instalasi Tipe 730 CIWS di kapal Kapitan Pattimura Class, KRI Sultan Thaha Syaifuddin. IHS Jane memahami bahwa galangan kapal PT PAL milik negara baru-baru ini telah menyelesaikan instalasi sistem senjata dan akan segera mulai mengintegrasikan sensor radar ke dalam sistem sebelum memulai uji coba live-menembak. "Sultan Thaha Syaifuddin adalah kapal pertama yang akan digunakan sebagai percobaan untuk sistem senjata produksi Cina," kata sumber itu, juga menambahkan bahwa 14 kapal di kelas lain juga akan cenderung menerima sistem senjata CIWS jika dipandang sesuai. Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ

Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Dengan jumlah 16 unit, korvet kelas Parchim hingga kini menjadi tulang punggung Satuan Kapal Eskorta (Satkor) TNI AL. Pasalnya dari segi unit, Parchim lah yang mendominasi kuantitas armada Satkor, yang terdiri dari kelompok kapal jenis frigat dan korvet. Mengingat perannya yang strategis, sudah barang tentu korvet eks AL Jerman Timur ini mendapat perhatian yang serius untuk di retrofit dan upgrade pada sisi persenjataan. Selain mengadopsi mesin baru, urusan senjata mulai dipoles dengan sentuhan baru yang lebih modern dan gahar. Meski di awal pengadaannya mengundang kontroversi, harus diakui korvet dengan asupan teknologi Uni Soviet ini punya keunggulan tersendiri. Diantaranya yang menonjol adalah bekal kanon reaksi cepat AK-230, kanon dua laras dengan kaliber 30 mm. Bila dicermati, inilah kanon berkategori CIWS (close in weapon system) yang pertama kali digunakan armada TNI AL. Dengan mengandalkan Muff Cobb radar systems sebagai penuntuk tembakkan ke sasaran. AK-230 secara teori dapat memuntahkan 1.000 proyektil dalam satu menit, untuk kecepatan luncur proyektil 1.050 meter per detik, cukup ideal untuk menggasak rudal berkecepatan subsonic maupun kapal boat. Kemampuan AK-230 juga masih lebih unggul ketimbang kanon Rheinmetall 20mm yang banyak terdapat di KRI, secara teori kecepatan luncur proyektil Rheinmetall 20mm mencapai 1.044 meter per detik. Tapi semua tentu ada waktunya, AK-230 kian lama dianggap sudah ketinggalan jaman. Maklum AK-230 merupakan hasil rancang bangun Uni Soviet dalam era Perang Dingin di tahun 1950-an. Dan baru pada tahun 1969, Uni Soviet resmi menggunakan AK-230 untuk kelengkapan armada kapal perangnya. Mungkin dikarenakan teknologi yang sudah usang dan spare part yang kian terbatas, TNI AL pun sudah mencanangkan pengganti AK-230. 

CIWS AK 230 yang ada di kapal Parchim class

Yang dipilih masih dari senjata jenis CIWS, tapi bukan Phalanx atau Goalkeeper yang kondang dipakai armada NATO. Yang dipilih adalah Type 730, kanon tujuh laras putar model Gatling dengan kaliber 30 mm. 
erdasarkan informasi dari Koarmabar, Type 730 resmi diadopsi TNI AL untuk korvet kelas Parchim. Sebagai project instalasi pertama dipilih KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376, dan kemudian secara bertahap seluruh korvet Parchim TNI AL akan dipasangi Type 730. Selain karena urusan harga, adopsi Type 730 dipandang ideal bagi Parchim, sebab Type 730 adalah buatan Tiongkok, dan rancang bangunnya CIWS ini pun memang mencomot aroma teknologi khas Rusia, sehingga ada kecocokan untuk korvet Parchim. Sebagai kanon CIWS modern, Type 730 menggunakan modul terpadu untuk penempatan laras putar, perangkat sensor optik penjejak dan radar. Pihak AL Tiongkok memberi kode Type 730 dengan identitas H/PJ12 . Di lingkungan AL Cina, Type 730 sudah diadopsi di banyak kapal perang, mulai dari kelas korvet, frigat, perusak, hingga kapal patroli cepat. Bila diperhatikan dari segi desain, nampak paduan elemen Type 730 agak menyerupai Goalkeeper, CIWS buatan Belanda. Sementara, untuk teknologi laras putar Gatling-nya, banyak disebut-sebut mencontek GAU-8/A Avenger buatan General Electric yang terpasang pada pesawat A-10Thunderbolt II. 


Laras Type 730 mencomot model GAU-8_Avenger

Lalu bagaimana dengan daya hancur Type 730? Bila AK-230 hanya mampu memuntakan 1.000 proyektil per menit, maka Type 730 jauh lebih sadis, kanon dengan kendali elektrik dan hydraulic driven ini maksimum bisa mengumbar 5.800 proyektil dalam satu menit. Jelas urusan daya hancur dan kemampuan mengentikan laju rudal anti kapal pun meningkat drastis. Jarak tembak efektif kanon ini mencapai 3.500 meter. Jenis amunisi yang digunakan mulai dari armour-piercing discarding sabot (APDS), high explosive incendiary (HEI) dan target practice (TP) untuk latihan. Menurut rilis, sasaran yang melesat hingga kecepatan Mach 2 masih dapat ditangkal Type 730. Jumlah stok amunisi yang siap digunakan adalah 1.000 peluru.  
Laras Type 730 mencomot model GAU-8_Avenger. Bekal radar menjadi elemen vital dari sistem CIWS, Type 730 menggunakan jenis radar TR-47C. Pihak Xi’an Research Institute of Navigation Technology menyebutkan radar tracking ini berjalan di J-band dengan frekuensi 15.7 Ghz dan 17.3 Ghz. Jangkauan deteksi radar TR-47C mencapai 9.000 meter. Dalam teorinya, 48 sasaran dapat dipindai secara bersamaan. Dalam konsol senjata, tempatnya berada di samping radar ditempatkan perangkat optronics (electro optics) dari jenis OFC-3. Dalam bentuk modular, OFC-3 merangkum beberapa sensor, seperti laser range finder, color TV camera, dan infra red camera. Dalam versi yang lebih maju, laser range finder dapat diganti laser designator untuk membaca manuver SAM (suface to air missile). Juga TV camera dapat diganti dengan night vision camera. Kemudian infra red camera bisa diganti dengan ImIR, tentunya semuanya berdampak pada harga jual CIWS. 

Radar TR-47C
 Electro Optics OFC-3
 Display dan kendali OFC

Dalam simulasi tempur, radar dapat melacak sasaran di permukaan laut seukuran 0,1 meter persegi pada jarak 8 km, bisa diperpanjang hingga 15 km untuk deteksi sasaran 2 berukuran dua meter persegi. Kemudian ukuran sasaran 10 meter persegi dari jarak 20 km. Kemampuan deteksi radar mencakup sasaran yang melaju sea skimming, terbang rendah diatas permukaan laut untuk menhindari deteksi radar. Namun tentunya, sistem penembakkan kanon baru dapat merespon saat sasaran berada di jarak jangkau tembakan (3 ribuan meter). Untuk sistem kendali penembakkan (fire control system) mengusung teknologi autonomous closed-loop system, teknologi ini digadang bakal memberi reaksi lebih cepat ketimbang CIWS jenis AK-630 buatan Rusia. Untuk misi pemasaran di Luar Negeri, Type 730 dirancang full kompatibel dengan combat data system dari buatan Tiongkok dan Eropa. Dari Tiongkok dikenal model ZKJ-1, ZKJ-4, ZKJ-4A-3, ZKJ-5, ZKJ-6, ZKJ-7, H/ZBJ-1, dan dari Eropa/NATO seperti Thomson-CSF TAVITAC. Agar lebih memikat calon pembeli, sistem Type 730 dapat diintegrasikan secara langsung dengan combat data system tadi tanpa perlu dilakukan modifikasi.
Dengan jumlah 16 unit, korvet kelas Parchim hingga kini menjadi tulang punggung Satuan Kapal Eskorta (Satkor) TNI AL. Pasalnya dari segi unit, Parchim lah yang mendominasi kuantitas armada Satkor, yang terdiri dari kelompok kapal jenis frigat dan korvet. Mengingat perannya yang strategis, sudah barang tentu korvet eks AL Jerman Timur ini mendapat perhatian yang serius untuk di retrofit dan upgrade pada sisi persenjataan. Selain mengadopsi mesin baru, urusan senjata mulai dipoles dengan sentuhan baru yang lebih modern dan gahar. Meski di awal pengadaannya mengundang kontroversi, harus diakui korvet dengan asupan teknologi Uni Soviet ini punya keunggulan tersendiri. Diantaranya yang menonjol adalah bekal kanon reaksi cepat AK-230, kanon dua laras dengan kaliber 30 mm. Bila dicermati, inilah kanon berkategori CIWS (close in weapon system) yang pertama kali digunakan armada TNI AL. Dengan mengandalkan Muff Cobb radar systems sebagai penuntuk tembakkan ke sasaran. AK-230 secara teori dapat memuntahkan 1.000 proyektil dalam satu menit, untuk kecepatan luncur proyektil 1.050 meter per detik, cukup ideal untuk menggasak rudal berkecepatan subsonic maupun kapal boat. Kemampuan AK-230 juga masih lebih unggul ketimbang kanon Rheinmetall 20mm yang banyak terdapat di KRI, secara teori kecepatan luncur proyektil Rheinmetall 20mm mencapai 1.044 meter per detik. Tapi semua tentu ada waktunya, AK-230 kian lama dianggap sudah ketinggalan jaman. Maklum AK-230 merupakan hasil rancang bangun Uni Soviet dalam era Perang Dingin di tahun 1950-an. Dan baru pada tahun 1969, Uni Soviet resmi menggunakan AK-230 untuk kelengkapan armada kapal perangnya. Mungkin dikarenakan teknologi yang sudah usang dan spare part yang kian terbatas, TNI AL pun sudah mencanangkan pengganti AK-230. Yang dipilih masih dari senjata jenis CIWS, tapi bukan Phalanx atau Goalkeeper yang kondang dipakai armada NATO. Yang dipilih adalah Type 730, kanon tujuh laras putar model Gatling dengan kaliber 30 mm. Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ

Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Angkatan Laut Indonesia (TNI-AL) sedang menjajaki kemungkinan melengkapi kapal perang korvet Parchim Class bersama dengan LPD Makasar Class dengan CIWS type 730 produksi China sebagai sistem senjata pertahanannya, ungkap sumber TNI-AL kepada IHS Janes pada tanggal 18 Februari 2015. Ini mengikuti setelah rampungnya instalasi Tipe 730 CIWS di kapal Kapitan Pattimura Class, KRI Sultan Thaha Syaifuddin. 
 Penampakan CIWS type 73 di kapal KRI Sultan Thaha Syaifuddin

IHS Jane memahami bahwa galangan kapal PT PAL milik negara baru-baru ini telah menyelesaikan instalasi sistem senjata dan akan segera mulai mengintegrasikan sensor radar ke dalam sistem sebelum memulai uji coba live-menembak. "Sultan Thaha Syaifuddin adalah kapal pertama yang akan digunakan sebagai percobaan untuk sistem senjata produksi Cina," kata sumber itu, juga menambahkan bahwa 14 kapal di kelas lain juga akan cenderung menerima sistem senjata CIWS jika dipandang sesuai.
Menurut Aslog Pangarmabar Kolonel Laut (T) Puguh Santoso, salah satu KRI Koarmabar yang tergabung dalam jajaran Satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Barat (Satkor Koarmabar) itu merupakan KRI pertama sebagai project percontohan bekerjasama dengan perusahaan Tiongkok memasang meriam berkaliber 30 mm dengan 7 laras buatan Tiongkok yang mampu melontarkan peluru hingga 4000 butir per menit. Senjata ini dipasang untuk menggantikan meriam 30 mm lama AK 230 buatan Rusia.
Pada kesempatan itu, Kolonel Laut (T) Puguh Santoso mengatakan, selama pemasangan senjata ini pihak kapal melakukan pengawasan penuh agar mendapatkan hasil yang maksimal serta tetap melaksanakan pemeliharaan kapal sesuai dengan Sistem Pemeliharaan Terencana (SPT).
Pada kunjungan itu, Aslog Pangarmabar disambut Komandan KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376 Letkol Laut (P) Ario Sasongko, S.E., M.P.M., M.M. (GSC) didampingi Kadepsin Mayor Laut (T) M. Irwan Ridwan, S.E., Kadepekaban Lettu Laut (E) Andri Irawan, dan Perwirastaf KRI yang lain. Aslog Pangarmabar melanjutkan peninjauan di antaranya ruangan di mana peralatan pendukung meriam 30 mm 7 Barrel tersebut dipasang.
  
Saat Asisten Logistik Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Aslog Pangarmabar) Kolonel Laut (T) Puguh Santoso mengunjungi Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Sultan Thaha Syaifuddin-376 di PT. PAL, Ujung Surabaya.

 CIWS Type 730 di KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376 saat uji coba live menembak
Sebagai informasi, AK-630M telah digunakan oleh TNI AL di Kapal Cepat Rudal (KCR) KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642.

 AK-630 tampak jelas terpasang di haluan KRI Kujang, disisinya ada KRI Clurit

 
KRI Kujang 642 dan KRI Clurit, nampak dengan AK-630 pada haluan.
Selain dipercaya handal untuk memberi perlindungan pada kapal markas dan konvoi tempur, kanon model CIWS juga dipandang punya efek getar yang signifikan pada lawan.
ngkatan Laut Indonesia (TNI-AL) sedang menjajaki kemungkinan melengkapi kapal perang korvet Parchim Class bersama dengan LPD Makasar Class dengan CIWS type 730 produksi China sebagai sistem senjata pertahanannya, ungkap sumber TNI-AL kepada IHS Janes pada tanggal 18 Februari. Ini mengikuti setelah rampungnya instalasi Tipe 730 CIWS di kapal Kapitan Pattimura Class, KRI Sultan Thaha Syaifuddin. IHS Jane memahami bahwa galangan kapal PT PAL milik negara baru-baru ini telah menyelesaikan instalasi sistem senjata dan akan segera mulai mengintegrasikan sensor radar ke dalam sistem sebelum memulai uji coba live-menembak. "Sultan Thaha Syaifuddin adalah kapal pertama yang akan digunakan sebagai percobaan untuk sistem senjata produksi Cina," kata sumber itu, juga menambahkan bahwa 14 kapal di kelas lain juga akan cenderung menerima sistem senjata CIWS jika dipandang sesuai. Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ

Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ